Seiring dengan perkembangan sikologis siswa semakin terlihat perilaku asosial yang ditunjukkan, ini semua disebabkan karena anak belum mampu mengetahui emosional yang dialaminya. Hal ini terjadi akibat kurangnya pengertian dan pengarah orang yang ada disekitar mereka. Peran bimbingan dan konseling dalam meningkatkan perkembangan sosio-emosional anak adalah dengan melakukan antisipasi terhadap gejala munculnya perilaku asosial. Perilaku ini muncul disebabkan oleh hubungan yang tidak sehat antara anak yang satu dengan anak yang lainnya. Oleh karena itu, sebelum gejala ini mencuat sehingga menjadi perilaku sosial yang bermasalah, harus dilakukan pencegahan dini. Sebab perilaku sosial yang akut dimasa dewasa lebih sulit disembuhkan atau diterapi daripada melakukan pencegahan sejak dini.
Faktor terbentuknya sosio-emosional adalah kehidupan emosional anak yang dipengaruhi oleh suasana dalam keluarganya. Para peserta didik yang mengalami gangguan emosional kemungkinan besar mempunyai kehidupan keluarga yang kurang menguntungkan. Keluarga bukan satu-satunya yang berpengaruh, dan keluarga adalah salah satu yang memegang peranan utama. Gangguan emosional yang dialami anak mungkin bukan hanya dilatarbelakangi oleh keluarga, tetapi juga oleh pergaulan dengan teman-temannya.
Dilingkungan sekitar rumah anak mempunyai teman yang mengalami gangguan emosional, agresif, tidak disiplin, memiliki kebiasaan buruk, dsb. Dengan demikian, para konselor dan guru pembimbing jugaharus meneliti kemungkinan adanya pengaruh lain diluar siwa, yaitu keluarganya, teman-temannya serta masyarakat sekitar. Dengan adanya konselor dapat membantu memudahkan rumusan penafsiran, reaksi-reaksi gangguan emosional yang ditemukan dalam hal-hal yang mungkin melatarbelakanginya dapat disusun dalam sebuah matrik.
Perkembangan sosio-emosional anak adalah kepekaan anak untuk memahami perasaan orang lain ketika berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Sosial emosional anak banyak di latarbelakangi oleh keluarga, lingkungan, pergaulan dengan teman-teman bermainnya dan yang paling memegang peran utama adalah keluarga.
Layanan melalui kerja sama dengan pihak lain,terutama diadakan dengan orang-orang yang mempunyai peran mendidik. Layanan kerjasama minimal diarahkan dalam dua hal. Pertama, membantu menciptakan situasi atau lingkungan yang dapat mengurangi reaksi-reaksi penarikan diri dan agresivitas siswa. Kedua, pendidik memberikan perlakuan-perlakuan terhadap anak yang dapat mengurangi atau menghilangkan gangguan emosional. Layanan bantuan kerjasama yang paling penting dalam membantu anak yang mengalami gangguan emosional adalah dengan orang tuanya. Orang tua dalam hubungan dengan gangguan emosional mempunyai dua posisi yang pertama, kemungkinan sebagai pihak yang menyebabkan munculnya gangguan emosional anak, dan kedua sebagai pihak yang mempunyai tugas, peran, dan juga tanggung jawab dalam usaha memperbaiki perilaku anak.
Untuk membantu penafsiran reaksi-reaksi gangguan emosial yang dikemukakan dapat disusun dalam bentuk sebuah matrik. Perilaku agresif merupakan gangguan emosional yang timbul karena ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Faktor agresif adalah adanya tekanan dari orang tua maupun dari luar. Perilaku agresif dapat diamati oleh orang lain, sedangkan perilaku penarikan diri tidak mudah diketahui orang lain karena reaksi-reaksi ini dirasakan oleh individu sendiri. Dalam membantu menangani anak yang mengalami gangguan emosional, konselor dapat memberikan bantuan berupa layanan bantuan langsung, konseling, pemberian nasihat, penguatan, dan bantuan melalui kerjasama dengan pihak lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H