Lihat ke Halaman Asli

Artika Rizkyanti Widyanto

Mahasiswa Akuntansi di Universitas Airlangga

Menuju Ketahanan Pangan Berkelanjutan: Sudahkah Upaya Efektif Diwujudkan?

Diperbarui: 8 Mei 2023   11:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto by: https://katadata.co.id

Ketahanan pangan merupakan salah satu isu mendesak di era globalisasi ini dan menjadi perhatian banyak masyarakat di dunia, termasuk Indonesia. Kondisi ketahanan pangan di Indonesia merupakan isu yang cukup kompleks dan menjadi fokus baik dari pemerintah Indonesia, masyarakat, maupun dunia internasional. Meskipun Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan salah satu sektor industri pertanian yang besar, kenyataannya masih banyak jumlah penduduk yang mengalami kelaparan dan kurang gizi.

Ketahanan pangan, secara definisi, adalah kemampuan suatu negara untuk menjamin penduduknya dengan ketersediaan, aksesibilitas, dan kualitas makanan yang memadai. Ketahanan pangan di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi, kebijakan pemerintah, kondisi sosial budaya, dan juga faktor ekonomi. 

Dalam beberapa tahun terakhir ini, tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi ketahanan pangan di Indonesia masih menjadi perhatian karena masih terdapat banyak isu dan juga tantangan yang perlu diatasi bersama. Artikel ini akan membahas kondisi ketahanan pangan di Indonesia, tantangan yang dihadapi, serta upaya yang dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan tersebut.


Indonesia dapat dikatakan memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah untuk menghasilkan bahan pangan yang berkualitas dan layak konsumsi, namun pada nyatanya masih mengalami ketergantungan pada impor bahan pangan dari negara maju seperti Amerika Serikat dan juga Jepang. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, impor beras yang dilakukan Indonesia mencapai 1,67 juta ton, sedangkan impor kedelai mencapai 2,45 juta ton. Tentu, masalah ini akan berdampak pada ketahanan pangan di Indonesia, mengingat bahwa fluktuasi harga bahan pangan dunia dapat terjadi kapan saja.

Selain itu, distribusi pangan yang tidak merata antar daerah menimbulkan permasalahan baru bagi ketahanan pangan, yang berdampak pada ketimpangan distribusi pangan. Daerah yang surplus akan sumber daya pangan seperti Sumatera, Jawa, dan Bali memiliki kelebihan produksi pangan, sedangkan daerah yang defisit akan sumber daya pangan seperti Papua, Maluku, dan wilayah Nusa Tenggara mengalami krisi pangan. Apabila permasalahan ini tidak segera dituntaskan, maka akan merambat pada gagalnya pemenuhan gizi dan bahan pangan yang berkualitas bagi masyarakat.

Rendahnya kualitas gizi masyarakat juga menjadi masalah yang dihadapi oleh Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan tahun 2020, prevalensi stunting pada anak usia kurang dari lima tahun cukup tinggi, yaitu 27,67%. Di samping itu, prevalensi gizi kurang pada anak berusia di bawah lima tahun mencapai 10,8%, sementara prevalensi obesitas pada orang dewasa mencapai 23,8%. Hal ini menyiratkan bahwa Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi, yaitu gizi kurang dan gizi berlebih pada masyarakat.

Tidak hanya itu, pandemi COVID-19 yang terjadi 5 tahun kebelakang juga membawa dampak pada ketahanan pangan di Indonesia. Imbas dari kebijakan PPKM yang diberlakukan oleh pemerintah berpengaruh pada hampir semua sektor kehidupan, termasuk sektor pertanian, distribusi, dan sektor pasar pangan. Kondisi ini juga mengakibatkan penurunan daya beli masyarakat dan mengakibatkan masalah distribusi dan permintaan terhadap bahan pangan. Selain itu, penurunan daya beli masyarakat juga mempengaruhi konsumsi pangan yang mana mengakibatkan masalah dalam distribusi dan permintaan pangan.


Tantangan Mencapai Ketahanan Pangan Bagi Indonesia

Berikut beberapa tantangan yang dihadapi Indonesia dalam mencapai ketahanan pangan:

  1. Indonesia memiliki potensi lahan pertanian yang luas, namun dewasa ini keterbatasan lahan akibat pembangunan kawasan perumahan menjadi salah satu penghambat dalam meningkatkan produksi pangan.

  2. Perubahan iklim berdampak langsung pada produksi pangan, karena apabila terjadi kekeringan atau banjir, maka tanaman pangan akan mengalami kerusakan dan petani akan merugi. Selain itu, perubahan iklim juga dapat meningkatkan risiko serangan hama dan penyakit tanaman.

  3. Fluktuasi bahan pangan menjadi hambatan dalam mencapai ketahanan pangan. Harga pangan yang tinggi dapat mengurangi minat dan daya beli masyarakat, sedangkan harga pangan yang terlalu rendah akan merugikan petani dan mengurangi motivasi mereka untuk melakukan produksi.

Upaya Meningkatkan Ketahanan Pangan Indonesia

Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan yang cukup, berkualitas, dan bergizi bagi seluruh rakyat Indonesia, maka perlu untuk dilakukan upaya secara komprehensif dalam meningkatkan ketahanan pangan. 

  1. Perlu dilakukan adanya peningkatan produktivitas pertanian mengingat bahwa pemanfaatan lahan pertanian belum maksimal. Hal ini dapat dilakukan dengan perbaikan infrastruktur pertanian seperti sistem  irigasi dan akses jalan.

  2. Perlu dilakukan langkah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di sektor pertanian. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan training and development kepada petani mengenai praktik pertanian yang sustain dan inovatif, serta memberikan kemudahan akses akan informasi dan teknologi.

  3. Adanya upaya untuk meningkatkan distribusi bahan pangan di daerah-daerah terpencil. Hal ini dapat dilakukan dengan memperbaiki infrastruktur transportasi, serta kegiatan investasi kepada petani di daerah-daerah tersebut dalam bentuk penyediaan pupuk, benih, dan sarana irigasi yang memadai.

  4. Penting untuk adanya kerja sama antar sektor dan antar negara dalam membangun ketahanan pangan. Tidak hanya melibatkan pemerintah, namun juga masyarakat dan sektor swasta. Dengan adanya sinergi antar pihak, maka tujuan dari ketahanan pangan yang berkelanjutan dapat dicapai.






BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline