Lihat ke Halaman Asli

Sebuah Sunyi yang Tak Lagi Mengantar Rindu Menemu Labuhan Madu

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sebab telah tercurah riuh sebegitu jitu. Jatuh ke matamata kelam. Tuk menari di sana bersama kegembiraan yang usang. Kau bilang ini semacam puisi yang kehilangan diksi. Dan aku mengamininya dengan pasti.

Tidakkah kita lihat, rembulan dan gemintang sementara seronok perbincangkan dosa anakanak malam ?

Kita diikutsertakan pula ; selaku penjejak rindu yang lama kehilangan labuhan madunya.

Seyogyanya, telah tiba masa kita berpaling pada sunyi yang baru ;

tanpa menyimpan lagi

duka purba

di

sudut mata.

Gorontalo,28112010.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline