Lihat ke Halaman Asli

Tentang Kita dan Perjalanan

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

I

Tentang kita dan perjalanan adalah bualan samudra. Terhempas bebas bersama gelung ombak nasib. Memecah ratap di karang derita yang garang. Masih asin saat kita kecap tetes bulir hujan pertama. Tetap asin ketika berganti bulir airmata mengembun di sudut bibir.

Karena kita alpa menghapal gerak cahaya hati. Sebab kita lalai merapal mantra jiwa. Hingga arah yang kita tuju selalu arah yang itu itu jua. Tak temu rona nasib yang beri seutas senyum simpul. Hanya tumpul langkah kaki yang terlesak tak tinggalkan jejak yang bijak.

Mana kala pagi pergi. Siang datang. Sore hadir bawa senja. Pun malam setia ada. Kita ragu dan selalu begitu. Apakah benar sehari penanggalan telah berhasil kita penggal dari dinding perjanjian kematian ?

Akan terus tertunduk kepala. Terantuk mimpi mimpi. Terkatung katung harapan. Bebayang melayang, malu merapat di raga kita yang tak pernah lagi bisa beri jaminan ada wewarna baru tuk tatap hari esok.

II

Tentang kita dan perjalanan hanyalah isakan langit. Terkirim lirih gerimis tangis. Sungguh miris. Asing kita baca isyarat isyarat angin. Dalam lembut pun kencang tiupannya, kita tak hirau. Justru kabut yang pancangkan hasrat, kita dekap terlalu erat hingga tak tersisa sekeping gairah sekedar persembahan bagi subuh.

Mungkin kepulangan akan segera jadi materi rindu. Dipercakapkan dengan sendu di arah yang kian tak tentu. Bahasaku, bahasamu, bahasa kita bergegas purba di purnama tobat yang tiba tiba saja melingkar bulat di cakrawala malam.

Dan kita bertukar pula tatapan penuh takaran. Berhasilkan kesan kita tinggalkan pada pepohon yang melambai meski pesan yang kita kirimkan dikhususkan pada ilalang patah di padang tembang ?

Masih kita sisakan malu di hitam empedu tuk sadari bahwa lebih banyak debu kegagalan yang sirami derap langkah kita daripada daun keberhasilan yang jatuh melayang dan rekat di dada kita.

III

Tentang kita dan perjalanan seumpama dongeng masa lalu. Tuturan begitu lembut. Sangat meninabobokan. Tak terlintasdi benak, jika ini bukan menjadi lecutan baru hanya kecut dan pucat paras terobok obok onggokan asa bahagia.

Sekedar ingatan yang ingin dirayakan. Seadanya kenangan yang berharap diangankan. Kita terus berputar putar di lingkar kisah yang penuh desah resah. Tak temu ujung. Tak sua tepi tuk kita longsorkan beban yang kian menebal di pundak.Ah, kita justru serupa budak. Bukan dongeng yang indah sebenarnya kala menyadari bahwa kita harus tetap tabah bin sabar dalam ayunan gelombang ilusi penuh bimbang ini.

Maka, kuundang saja kau tuk menyeruak kembali. Kita ciptakan bahasa rahasia, kita susun lagi kalimat keramat. Kita tetapkan penanggalan anti gagal. Kita tambah bekal bekal kekal. Kita mantapkan niat menyusun perjalanan baru penuh bebayang lembayung.

Tentang kita dan perjalanan bukan lagi bualan samudra. Tentu bukan juga isakan langit pun tak pantas diumpamakan dongeng masa lalu. Ini suatu kekeliruan besar yang bermuara di selasar nyasar abadi.

…..

Tentang kita dan perjalanan sesungguhnya adalah maklumat surga. Serumpun keindahan, sehimpun kebahagian berpindah ciptakan ruang lega baru di tiap ayunan pasti langkah kita.

Lantas, kau tunggu apa lagi ?

Gamit aku. Mari melangkah !

Gorontalo, 22052010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline