Di desa Pandansari Lor yang asri, tersembunyi sebuah tempat sederhana namun penuh cerita inspiratif, Kopi Kecceh. Warung kopi ini tidak hanya menjadi tempat menikmati secangkir kopi hangat, tetapi juga saksi bisu perjalanan seorang perempuan tangguh bernama Bu Mai. Dari awal yang penuh tantangan hingga menjadi tujuan bagi masyarakat dan wisatawan, Kopi Kecceh adalah contoh nyata bahwa semangat dan tekad mampu membawa perubahan besar.
Foto Wawancara dengan Pemilik Kopi Keceh (sumber Foto: Pubdok) Foto Suasana kopi keceh yang ada di Pandansari Lor (Sumber Foto: Pubdok)
Lahan kosong itu kemudian diubah menjadi warung kopi sederhana. Di awal, segalanya dilakukan dari nol, mulai dari membangun tempat, mencari pemasok kopi, hingga menyusun menu. Meski menghadapi banyak kendala, Bu Mai tetap berusaha untuk menjadikan Kopi Kecceh tempat yang nyaman bagi para pengunjung.
Foto Warung Sederhana yang ada di Kopi Keceh (Sumber Foto: Pubdok)
Selain itu, Kopi Kecceh sering menjadi persinggahan wisatawan yang berkunjung ke Pandansari Lor, terutama mereka yang datang untuk menikmati keindahan Coban Jahe. Air terjun yang terkenal di daerah tersebut menjadi daya tarik utama bagi wisatawan, dan banyak dari mereka melanjutkan perjalanan ke Kopi Kecceh untuk beristirahat sambil menikmati cita rasa kopi lokal yang khas.
Menu yang disajikan di Kopi Kecceh berfokus pada kopi robusta, jenis kopi yang banyak ditanam di daerah sekitar. Dua menu andalan yang selalu menjadi favorit pengunjung adalah kopi hitam dan kopi lokal khas desa Pandansari Lor.
Proses penyajian kopi di warung ini tidak dimulai dari biji mentah. Bu Mai memilih untuk menggunakan kopi yang sudah matang, baik dalam bentuk bubuk maupun biji yang siap giling. Hal ini dilakukan untuk menghemat waktu dan tenaga, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada. Meski demikian, kualitas rasa tetap menjadi prioritas utama. Kopi yang disajikan selalu segar dan memiliki aroma khas yang menggugah selera.
Kopi Kecceh tidak hanya menyasar masyarakat setempat sebagai target pasar. Wisatawan yang berkunjung ke Pandansari Lor juga menjadi bagian penting dari pelanggan setia warung ini. Dengan suasana yang nyaman dan harga yang terjangkau, Kopi Kecceh berhasil menarik perhatian berbagai kalangan, mulai dari anak muda hingga orang dewasa yang ingin menikmati secangkir kopi di tempat yang tenang.
Dalam operasionalnya, Kopi Kecceh dikelola oleh tim kecil yang terdiri dari 3-4 orang. Meski jumlah tenaga kerja terbatas, mereka tetap mampu melayani pelanggan dengan baik. Sistem pelayanan dilakukan berdasarkan antrian untuk memastikan semua pengunjung mendapatkan pengalaman yang sama tanpa perlu khawatir akan ketidakadilan.
Promosi usaha ini dilakukan secara organik. Media sosial seperti Instagram digunakan, meskipun belum terlalu aktif. Sebagian besar promosi justru datang dari para pengunjung yang membagikan pengalaman mereka. Rekomendasi dari mulut ke mulut inilah yang menjadi kekuatan utama dalam memperkenalkan Kopi Kecceh kepada khalayak luas.
Setiap usaha tentu memiliki tantangan, begitu pula dengan Kopi Kecceh. Kendala utama yang dihadapi Bu Mai adalah masalah keuangan dan jumlah pengunjung yang fluktuatif. Ada kalanya warung sepi karena musim atau keadaan tertentu. Namun, semangat pantang menyerah dan dukungan dari keluarga serta pelanggan setia membuat Bu Mai tetap optimis menjalani usahanya.
Kisah perjuangan Bu Mai ini terungkap dalam wawancara bersama perwakilan KKM Kelompok 94 UIN Malang, yang terdiri dari Putri, Mizan, Pitra, dan Denu. Mereka mengunjungi langsung Kopi Kecceh untuk melihat bagaimana usaha ini dijalankan. Dari wawancara tersebut, mereka mendapatkan banyak pelajaran berharga tentang kerja keras, kreativitas, dan pentingnya menjaga cita rasa lokal.