Lihat ke Halaman Asli

Cerita dari Minyambouw

Diperbarui: 1 Mei 2024   19:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebe (kaos biru) kanan tengah menjelaskan pada kelompok perempuan dengan metode cerita di KPC/phil

Gembala Junior Sebedeus Donsiba (26) tengah menjelaskan kepada peserta yang berjumlah 15 orang. Sebe, panggilan akrabnya- bercerita kisah Yesus yang menyembuhkan orang yang kerasukan setan dalam Bahasa Hatam, bahasa suku di Kampung Minyambouw. Minyambouw adalah salah satu dari 37 kampung yang ada di Distrik Minyambouw, Kabupaten Pegunungan Arfak (Pegaf), Papua Barat. Wilayahnya berada di ketinggian 2900 meter di atas permukaan laut dan berjarak kurang lebih 15 kilo meter dari Kota Manokwari.

Ada 3 kelompok yang hari itu, Senin (22/4) berkumpul bersama-sama di gedung Gereja Kristen Persekutuan Alkitab Indonesia (GKPAI) Minyambouw. Mereka melakukan kegiatan yang disebut Kelompok Persekutuan Cerita (KPC). 

Orang-orang dalam 3 kelompok itu adalah anggota jemaat dari GKPAI dari sejumlah kampung yang dilatih menjadi fasilitator. Nantinya mereka akan terjun ke jemaat masing-masing untuk berbagi cerita yang mereka dapatkan. Mereka dilatih untuk menguasai cerita Alkitab dalam Bahasa Hatam.

Cerita yang dibagikan oleh Sebe adalah sebuah cerita pendek yang telah diterjemahkan sebelumnya oleh tim dari Yayasan Misi Pemuridan Penginjilan Papua (YMP3). Yayasan ini sudah hadir sejak tahun 2002 untuk membantu suku-suku di Papua sehingga mengenal Alkitab lewat bahasa-bahasa lokal.

Anggota kelompok menyimak cerita yang disampaikan Sebe. Sebelumnya Indra-pendamping suku Hatam- memberikan pejelasan mengapa mereka dikumpulkan dan apa yang akan dilakukan.

Tidak hanya Sebe, 4 rang rekannya, yaitu Nimbrot Donsiba (24), Yosua Donsiba (26), Efraim Towansiba (24) dan Debora Donsiba (24) ikut membantu menjadi pendamping yang bertugas bercerita ke kelompok mereka masing-masing. Rata-rata peserta kegiatan itu adalah perempuan.

 

Yang unik dari warga kampung yang penduduknya berjumlah sekitar 200 kepala keluarga memiliki nama keluarga yang sama. "Nenek moyang kami memang bersaudara sehingga nama keluarga kami kebanyakan sama," kata Gembala Senior Yakonias Iwou (56).

Namun hampir setengah lebih dari jumlah mereka tidak tinggal di kampung itu tapi di kota Manokwari untuk beradu nasib. "Dorang tidak di sini karena ada di kota. Nanti baru saat Natal atau waktu-waktu tertentu datang ke kampung sini. Jadi keadaan kampung di sini sepi," kata Yakonias lagi.

Alkitab yang sulit dibaca

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline