Lihat ke Halaman Asli

Homsah Artatiah

Ibu Rumah Tangga, Konten Kreator

Mengajarkan "Menunggu" pada Anak

Diperbarui: 10 Maret 2019   22:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri


Menunggu memang sering membuat kita bosan bahkan kesal. Apalagi menunggu sesuatu yang tidak pasti "like waiting for Godot".

Bagi orang dewasa mungkin di sela-sela waktu menunggu sesuatu bisa saja melakukan aktivitas bermanfaat  misalnya membaca buku favorit, menulis cerpen, atau bikin status inspiratif di Fb atau Ig, dan lain-lain, dengan kata lain orang dewasa masih bisa mengalihkan agar keinginannya segera terwujud.

Namun, bagi si kecil ternyata saat kita mengucapkan  kata "tunggu" biasanya ia akan terus menerus merengek meminta  agar keinginannya segera terkabul contohnya saat anak menunggu antrean main perosotan, atau saat merengek minta dibelikan sepatu roda, "mama....pokoknya aku mau dibeliin sepatu roda sekarang...., aku mau sepatu roda seperti punya Budi..!"

Pengalaman dengan anak pertama, dulu untuk mengajarkan si sulung bisa menerima saat diminta untuk menunggu itu memang tidak mudah, perlu proses. Bahkan jika saya kurang sabar alih-alih si sulung mengerti yang ada si sulung makin menjadi-jadi minta keinginannya segera dipenuhi bahkan menunjukkan perilaku yang tidak diinginkan seperti tantrum. Memang bagi anak-anak menunggu keinginannya segera terpenuhi itu merupakan sesuatu yang sulit.

Kemampuan sabar menunggu menunda keinginan segera dipenuhi merupakan kemampuan sosial yang terus berkembang dan bisa dilatih. Dalam beberapa literatur para psikolog sosial telah membuktikan bahwa anak yang memiliki kemampuan menunda kepuasan yang tinggi sampai usia remaja dapat menghasilkan pengaruh positif dalam kemampuan akademis dan adaptasi mereka.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan orangtua saat mengajarkan cara menunggu pada anak-anak.

1. Memberi penjelasan: "sekarang kakang main dengan mobil truk cokelat dulu ya, kalau ayah sudah gajian semoga nanti kakang bisa dibelikan mobil bis. Lagian mobil truknya masih bagus kok, masih bisa dipakai ngangkut sapi-sapian punya kakang". Anak usia setahun atau 2 tahun memang belum paham betul apa yang diucapkan orang dewasa, tetapi dia juga mulai menangkap makna pesan yang diucapkan orang dewasa dari intonasi, gerak tubuh, maupun mimik muka.

Sebaiknya kita memberikan alasan yang jelas mengapa si kecil harus menunggu agar keinginannya segera terpenuhi. Biasanya saat usia diatas 3 tahun si kecil mulai memahami penjelasan yang lebih rinci.

2. Memberi alternatif yang dapat dilakukan si kecil sekarang. "Sepeda kakang kan bannya bocor dan ibu belum bisa ke bengkel, gimana kalau kita main petak umpet saja?"  Ketika si kecil masih tidak mau menerima alternatif tersebut, kita jangan terpancing emosi atau merespon dengan "ngedumel" atas kerewelan si kecil. Sikap orangtua seperti itu akan mengundang si kecil untuk semakin berontak.  Jika si kecil makin tantrum, sebaiknya si kecil dibawa ke tempat lebih tenang untuk berbicara dengannya.

3. Tetap konsisten dan jangan mudah memberi janji kalau tidak bisa menepati.
Saat anak merengek terus bahkan sampai tantrum apalagi di tengah kerumunan orang adakalanya orangtua menjadi luluh akhirnya menyerah dan menuruti keinginan si kecil.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline