Seorang dosen mengatakan mengenai frasa "noblesse oblige" yang dimaknai dalam bahasa inggris sebagai "the inferred responsibility of previleged people to act with generousity and nobility toward those less previleged."
Bahwa seyogyanya ada sebuah keyakinan atas tanggung jawab dari orang-orang yang istimewa untuk bertindak secara rendah hati dan mulia terhadap orang-orang yang tidak memiliki keistimewaan.
Hal tersebut mengingatkanku terhadap sebuah kesempatan yang Tuhan berikan untuk berbagi. Sungguh beruntung orang-orang dengan kondisi perekonomian dan sosial yang baik sehingga mereka dapat merasakan kenikmatan memberi & menolong.
Bagaimana melalui berbagi, manusia dapat merasakan dan memaknai hidup lebih baik, khususnya bersyukur kepada Tuhan yang telah menganugrahkan kesempatan hidup layak di dunia. Lantas apakah keistimewaan hanyalah dinilai dari segi ekonomi ?
Tidak
Seseorang dengan pengetahuan banyak merupakan sebuah keistimewaan, karena mereka bisa berbagi ilmu terhadap orang lain, seseorang dengan segudang ide merupakan sebuah keistimewaan, seseorang yang memiliki bakat dapat mengajarkan bakatnya kepada orang lain.
Persepsi keistimewaan menurutku adalah orang-orang yang diberikan kondisi lebih yang dapat dibagikannya untuk orang lain. Persepsi bisalah berbeda tiap orang.
Tentu kita sebagai manusia mempercayai takdir yangmana manusia hidup di dunia dengan kondisi yang berbeda-beda, dari segi ekonomi, sosial, ataupun lingkungannya.
Filosofi tersebut menyadarkan orang-orang "istimewa" untuk tetap rendah hati dan tidak memandang kaum "less previleged" dengan kecil. Sebuah niat untuk memberi tidak didasari oleh kesombongan, ada sebuah perasaan yang mengikutsertakan tindakan tersebut. Makna apabila dia termasuk orang yang beruntung dan ada orang lain yang tidak beruntung.
Mereka, orang-orang yang diberikan sedikit/kurang keistimewaan tentu membutuhkan bantuan dari orang-orang dengan keistimewaan. Hal ini berkaitan dengan posisi dan kekuatan yang dimiliki orang-orang istimewa tersebut untuk mengulurkan tangannya dan menggandeng mereka menuju perubahan.
Seperti contoh pemilik industri yang membuka kesempatan kerja untuk orang-orang rantau, guru yang mengajarkan muridnya hingga sang murid kini menjadi menteri, ataupun pemerintah yang mengusahakan dana desa melalui pengawasan penyuluh tingkat dinas pertanian. Perubahan itu sungguh nyata.