Lihat ke Halaman Asli

Menganyam Warisan: Sejarah dan Perkembangan Peci Rajut Al-Khusni

Diperbarui: 13 Juni 2024   18:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok Pribadi Peci Rajut Al-Khusni

  • Perjalanan Peci Rajut Al-Khusni

Di sebuah sudut desa kecil yang terletak di Bantul, Yogyakarta, tepatnya di padukuhan Bedukan RT 05, Kalurahan Pleret, Kapanewon Pleret, Bantul. Terdapat sebuah usaha kecil yang saat ini telah menjadi simbol keberhasilan lokal dan juga mewakili inovasi yang memadukan tradisi dengan nilai-nilai baru yang kreatif. 

Bukanlah sekadar sebuah bisnis biasa saja, melainkan sebuah perjalanan panjang yang menggambarkan semangat dan dedikasi untuk melestarikan warisan budaya islam, serta menciptakan produk berkualitas tinggi yang diakui bahkan hingga ke mancanegara. 

Dalam artikel ini, kita akan melihat lebih dekat bagaimana owner peci rajut Al-Khusni membangun dan mengembangkan usahanya dari awal hingga sukses seperti yang kita lihat sekarang.

  • Latar Belakang Pendiri

Peci rajut Al-Khusni sudah berdiri sejak tahun 2002. Usaha peci berusia 22 tahun ini merupakan usaha keluarga Husni yang sebelumnya dijalankan oleh sang ayah yaitu Muhammad Turadi yang lahir pada tahun 1968. Karena ayahnya meninggal pada 2020, ia pun meneruskan usaha keluarga itu.

 Husni ini telah mengenal dunia kerajinan sejak usia muda dikarenakan ia besar di keluarga pengrajin tradisional yang berdedikasi. Melihat orang tuanya bekerja keras merajut dan menjual hasil kerajinan tangan di pasar lokal, Husni terinspirasi untuk mengikuti jejak mereka dan mempertahankan nilai tradisi yang telah diwariskan orang tuanya kepadanya.

  • Berdirinya Produk Peci Rajut Al-Khusni

Di umurnya yang produktif pada saat itu, pada tahun 2002, Turadi ayah dari Husni Habibulloh memutuskan untuk memulai usahanya sendiri. Dengan adanya tekad yang kuat, Turadi memilih untuk fokus pada produksi peci rajut, sebuah produk yang tidak hanya memiliki nilai fungsional tetapi juga nilai seni yang tinggi.

Meskipun modalnya sangat minim dalam mengembangkan usaha peci rajut, Turadi mulai merajut peci secara manual terlebih dahulu di rumahnya, memulai dari produksi yang kecil dengan hanya beberapa lusin peci setiap bulan untuk dijual di pasar setempat.

  • Tantangan dan Rintangan

Seperti halnya banyak usaha kecil lainnya, Peci Rajut Al-Khusni menghadapi sejumlah tantangan yang menantang di awal perjalanannya. Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah persaingan yang ketat dengan produk-produk pabrikan yang seringkali lebih murah secara harga, menjadikan pasar semakin kompetitif.

Namun demikian, Turadi tidak langsung terhenti pada kenyataan itu; ia melihatnya sebagai kesempatan untuk membedakan produknya dari yang lain. Dengan mempertahankan keunikannya yaitu menggunakan tempurung kelapa dan di balut rajutan yang rapi dan kualitas produk handmade, ia yakin bisa menarik minat konsumen yang menghargai nilai seni dan keaslian dalam setiap peci yang diproduksinya.

Untuk mengatasi kendala finansial, Turadi bekerja sama dengan beberapa pengrajin lokal lainnya dan membentuk sebuah kelompok kecil yang saling mendukung dalam hal produksi dan pemasaran. Dengan cara ini, mereka bisa memproduksi lebih banyak peci dan mencapai pasar yang lebih luas.

  • Menembus Batas Lokal hingga Menyentuh Panggung Internasional
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline