Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Catatan 'tuk Si Puan, Si Udin

Diperbarui: 18 April 2017   15:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: beritabali.com


 Selepas biru, pakaian bawah mu,
 Udin,.... tak pantas tontonkan dengkul lancipMu,..
 Karena suara jakun menonjol sudah...

 Puan pun sama,..... kulit melepuh pori merekah....
 Tak pantas dia main kelereng, Pandangi saja sulam berbingkai di dinding kamarMu
 Ibu mu lahirkan sabar dan telaten dari moyang mu...

 Udin ....
 NamaMu saja doa leluhurmu....
 Pantang Mu,..tumpahkan periuk orang lain...
 Tumpahkan periukMu pada bukan hak mu...
 Jalanan memang ganas, jangan kau hirup udaranya..
 Jangan kau cicipi diam diam...

 Puan...
 Suci mu harus kau jaga....
 Biarlah zaman pandai menggoda...asalkan puan Mu terbungkus rapi....

 Udin....
 Jangan kau dekati puan....apalagi taburkan noda...
 Sadar lah Din, Pandangi puan puan leluhurmu,
 mereka tumbuhkan kulit serta serat daging mu,... tengkorak dan tulang belulang mu...

 Puan dan Udin....
 Cobalah sedikit melongok ke angkasa biru...
 Hamparan hijau...sepoi kau helah lebih lama...
 Tahtamu bertiang suci bungkusmu...
 Hak dan bathil jadi cermin tradisimu...
 Sampai waktu mu nanti, kau reguk nikmat tanpa rasa bersalah....

Itu Ku pinta…

Macan Lindungan, (17417)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline