Lihat ke Halaman Asli

Arsyal Alfansyah

Mahasiswa UPNVJ

Budaya Punk dan Ideologi yang Dipegang

Diperbarui: 27 Maret 2022   19:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Punk merupakan sekelompok orang yang mempunyai paham akan ideologi dan budaya yang mereka pegang. Pada awalnya budaya punk lahir di Inggris yang tercipta karena berbagai macam permasalahan dan keresahan yang di alami oleh sekelompok masyarakat dan didominasi oleh masyarakat kelas pekerja yang mengalami masalah ekonomi. Permasalahan tersebut terjadi karena adanya permasalahan moral oleh para tokoh politik yang menyebabkan adanya tingkat pengangguran yang tinggi.

Munculnya budaya punk ini diawali pada tahun 1970-an yang didominasi oleh kalangan pekerja kelas menegah yang merasa tidak adil dengan kebijakan pemerintah yang memberatkan kalangannya  tersebut. Budaya punk sendiri memiliki banyak sub-kultur yang beragam, mulai dari gaya berpakaian, genre music hingga penampilan.

Dilansir dari superlive.id, ideologi punk muncul sebagai respon untuk menciptakan sebuah kemerdekaan terhadap para individu yang tidak bisa survive lantaran kebijakan pemerintah yang memberatkan tersebut. Para kelompok punk ini seringkali melakukan protes dalam berbagai wadah, seperti musil dan output seni lain yang dikeluarkan.

Pada saat itu banyak masyarakat yang menyalahartikan punk itu sendiri lantaran banyak oknum yang mengatasnakanan "Punk" sebagai alibi mereka untuk berbuat hal yang tidak baik hingga menju ke kriminalitas.

Lahirnya musik punk awalnya banyak tidak diterima oleh khalayak dikarenakan musiknya dinilai memiliki sindiran ke beberapa kalangan dan perilaku pemerintah yang ada. Maka dari itu banyak stasiun televisi dan berbagai media termasuk radio konvensional musik punk tidak dapat kesempatan tampil dan diperdengarkan ke khalayak luas.

Dari hal tersebut maka para penggiat punk tersebut memilih untuk DIY atau Do It Yourself, yang pada akhirnya mereka memilih jalan untuk merilis lagu-lagu mereka sendiri tanpa melalui label-label besar yang pada saat itu berpihak dan memilih musik mayoritas. Hal tersebut dilakukan sebagai protes kepada industri musik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline