Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Armand

TERVERIFIKASI

Universitas Sultan Hasanuddin

Puisi | Magrib Rana

Diperbarui: 7 Maret 2017   12:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="dokpri"][/caption]

Di dua bangku kayu yang sebentar lagi letih
Di tujuh pemeluk Islam duduk bicara 
Tentang terangnya Tuhan-Rasul
Asyik nianlah obrolan pahala dan dosa

Di seling anggukan dan tundukan
Di himpit waktu yang tak terjaga
Sesampai azan magrib mendayu
Menambah-nambah nikmatnya cengkrama

Di magrib yang terdesak
Seorang darinya menyeru amat segannya
"Magrib tiba... baiknya kita menyembah dulu"
Timpal enteng lainnya: "Nantilah!"

Ucap nantilah itu teraminkan
Setiba magrib melambai
Tinggalkan ke tujuh pengobrol yang merugi
Tiada yang bersujud hingga magrib tamat

Kuadu tanya di longgarku
Bukankah aku yang serupa pengobrol itu?
Pandai mengadu agama
Tak pandai mengadu sembahyang

--------------
Makassar, 12 April 2016
@m_armand kompasiana




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline