[caption caption="Ilustrasi bangkirana.blogspot.com: Serupa inilah nenek Bugis itu "][/caption]
Di pukul sepuluh pagi
Kudengar pukulan batu tak bertuan
Aku yang menyiangi was-was
Suara pukulan itu beranjak darimanalah
Oh...Seorang nenek duduk di batu
Memburai benda diserpih-serpih
Lalu...Kuberpacu di tumpu peralatanku
Kuberi padanya sebuah palu
Sang nenek memandangiku juga
Palu di tanganku hendak diraih-raihnya
Pada jemari lemah-kulit keriput sungguhlah
Enggannya menyerah di usia sesepuh itu
Hingga jualah palu itu tetap sajalah di genggamanku
Dan melanjut....Kupecah-pecah benda padat itu
Lalu Si Nenek memasukkannya di karung putih
Setiba selesai
Tiada keluh sesampai ia menunjukkanku
Seorang anak berusia enam tahun
Ialah cucu sang nenek
Pada anak itu yang gigih bersekolah
Oleh uang hasil jualan pulungan
Begitu-itulah alasan sang nenek
Mengayak-ngayak diri di terik dan hujan
Pada cucu yang disayanginya itu
-----------------
Makassar, 17 Februari 2016
@m_armand
Catatan:
Puisi terlahir dari kisah nyata,
seorang nenek etnik Bugis.
Tepat di depan rumahku...
Aku bicara padanya..
Dalam Bahasa Bugis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H