Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Armand

TERVERIFIKASI

Universitas Sultan Hasanuddin

Manusia Berwajah Binatang

Diperbarui: 16 Oktober 2015   16:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14307115661063633084

Lelaki itu menuntut ilmu tentang cara membaca sifat orang, ia dalami selama 2,5 tahun. Barokah ilmunya hingga ia sanggup membaca pikiran orang lain, bahkan mampu menangkap energi baik-energi buruk pada seseorang. Ia pun sanggup mendengar suara tangisan di balik pusara-pusara. Barangkali ini ilmu mistik! Bukan ilmu jiwa yang ilmiah itu.

Lelaki itu kadang berpapasan dengan orang yang berwajah monyet. Orang ini gemar mengambil barang-barang orang lain, tutur lelaki itu dalam hati. Iapun kerap bertemu manusia berwajah anjing. Penjelasan lelaki itu, orang ini suka sekali berkelahi, memperebutkan makanan laksana anjing saling menggigit saat menemukan tulang. Bahkan lelaki itu berjumpa dengan seorang perempuan berwajah bebek. Mengapa perempuan ini berwajah bebek? Karena, ia seorang ibu yang suka tinggalkan anak-anaknya. Ya, benar! Bebek punya sifat hanya mampu bertelur, telurnya ditetas oleh hewan lain. Anak-anak bebek tak pernah kenal ibu kandungnya. Kasihan anak-anak bebek, kasihan anak-anak ibu yang berwajah bebek! Banyak ibu seperti ini di seputaran kita.

***

Lalu apa yang terjadi pada lelaki itu? Ia enggan keluar dari rumahnya. Dan seorang sahabatnya, menyambangi lelaki itu, di rumahnya. Persuaan yang mengasyikkan, penuh pembicaraan, termasuk soal wajah-wajah manusia yang berbentuk hewan.

***

Jadi apa alasanmu jarang keluar rumah?, tanya sahabat lelaki itu.
Aku takut dan malu, jawab lelaki itu.
Takut karena apa?
Takut bertemu wajah-wajah manusia berbentuk babi, serigala, macan, dan lain-lain
Terus, malu kenapa?
Aku malu karena wajahku juga belum berbentuk wajah manusia karena sifat-sifatku! Aku sedang berusaha berwajah manusia.

***

Lelaki itu memberi sebuah pengakuan jujur yang hebat dan sindiran halus kepada kita semua bahwa kita masih meyakini wajah kita adalah wajah manusia, sedang sudah lama kita berwajah hewan akibat kelakuan-kelakuan kita sendiri. Tanpa tersadarkan!

---------------------------------------

ilustrasi: ainuttijar.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline