Dengan berharap Ridho Allah SWT.
Kompasianer Makassar ini, merespon tulisan Mbak Ifani di media kita: "Anak 6 Tahun, Jadi Tulang Punggung Keluarga, Kita Di mana? Penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Saudariku Ifani dan juga media terpercaya Kompas.com yang telah memberitakan kepiluan anak manusia di kampungku. Penulis sudah teramat jarang ikuti perkembangan warta dan berita di kampungku. Begitupun kepada sahabat-sahabat Kompasiana yang telah memberikan empati kepada Muhammad Ali yang dengan terpaksa menjadi penyanggah utama, setelah ditinggal wafat oleh ayahnya, menyisakan seorang ibu yang tuna netra, seorang adik batita dan seorang kakak yang terpapar keterbelakangan mental. Sempurnalah cobaan Tuhan kepada keluarga ini, sekaligus ujian kepada kita semua.
[caption id="attachment_407918" align="aligncenter" width="300" caption="www.kompasiana.com/artikel mbak Ifani (5-4-2015)"][/caption]
Penulispun merasa 'tergampar' atas sebuah potret kesedihan di Tanah Mandar ini, sekaligus lukisan kegigihan seorang bocah bernama Muhammad Ali itu. Penulis sekampung dengan 'anak ajaib' itu. Maka penulis yang juga terlahir dari Kabupaten Polewali Mandar-Sulawesi Barat, telah menghubungi adik kandungku bernama Sholihin Abdurahman, Kepala SMPN 5 Karampuang, Mamuju-Sulbar ini, baru saja penulis konfirmasi bahwa adik bungsuku itu, siap membantu kawan-kawan Kompasianer dalam menyalurkan sedekah/sumbangan kepada Muhammad Ali.
Sholihin Abdurahman, sang adikku telah mengizinkanku (sebagai kakak kandung) untuk menyertakan nomor handphone, dan sebuah nomor rekening. Dialog singkatku, ia bersedia mendatangi lokasi Muhammad Ali di Kampung To Eran Batu, Dusun Biru, Desa Batetangnga, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar. Penulis tak menuliskan nomor handphone dan nomor rekening adikku itu -di artikel ini- karena antisipasi terhadap penelpon-penelpon yang mengaku Mbak Ifani ataukah Admin Kompasiana hingga adikku bisa saja 'dipermainkan'. Keterangan tak bertele-tele dari adikku bahwa ia siap mendokumentasikan segala yang berhubungan dengan penyerahan sumbangan ke Muhammad Ali, termasuk foto-foto, video, saksi-saksi, dan bukti fisik lainnya. Penulis sampaikan bahwa ini alternatif untuk menyalurkan keinginanan kawan-kawan dalam menolong Muhammad Ali.
Kawan-kawan Kompasiana berharap dariku untuk mengecek lokasi Muhammad Ali, penulis tak meragukan lagi akan berita di media, termasuk di televisi. Bahkan jadi pembicaraan krusial di Polewali Mandar, kampungku. Penulis gelisah karena ini soal kemanusiaan dan juga was-was karena niat kawan-kawan untuk menyumbangkan sebagian 'hartanya' tentu menyangkut materi (uang atau sembako).
Penulis amatlah tak bisa dipercaya dalam urusan uang, atau mengelola uang. Telah berpuluh tahun penulis hindari soal 'rawan' ini karena penulis tak tahu bedakan mana uang pribadi, mana uang orang/negara/institusional. Demikian juga penulis sama tidak percayanya kepada ormas-ormas, LSM-LSM di kampungku untuk menyalurkan sumbangan kawan-kawan. Penulis tak menyatakan bahwa adikku itu bisa amanah, namun setidaknya inilah 'titik terang' kepada kawan-kawan untuk penyaluran sumbangan sebagai alternatif. Bila itu dibutuhkan!
Sejalan dengan saran-saran sahabat Kompasiana, maka penulispun berharap agar Admin Kompasiana membuka "Dompet Kemanusiaan dari Kompasianer", karena Kompasiana adalah 'institusi', kredibel dan telah sangat dikenal luas oleh banyak kalangan. Nomor rekening satu pintu akan lebih baik dibandingkan nomor rekening perseorangan, kontrolnya lebih profesional. Bila usulan dari kawan-kawan Kompasiana (termasuk penulis, red) dikabulkan, dan Admin Kompasiana menyelenggarakan "Kegiatan Amal" untuk Muhammad Ali. Maka itu, sebuah apresiasi bravo dari Admin Kompasiana kepada warganya.
Nilai plus bila Admin Kompasiana yang mengelola sumbangan untuk Muhammad Ali:
- Admin Kompasiana telah mengenal warganya dan juga sebaliknya
- Admin dan pengguna blog ini lebih interaktif
- Tahapan persiapan sosial lebih profesional
- Admin dapat menayangkan daftar penyumbang/Kompasianer (bila diperlukan)
- Admin memiliki jaringan kuat di daerah
- Admin memiliki pengalaman lebih dari memadai
- Admin memiliki kendali mutu terhadap dana publik
- Admin memiliki Team Work yang kuat
- Admin terdiri dari orang-orang profesional
Demikianlah pendapatku di artikel 'Catatan Harian' ini, sebuah catatan duka dari kampungku sendiri bernama Polewali-Mandar,Sulawesi Barat, Indonesia