Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Armand

TERVERIFIKASI

Universitas Sultan Hasanuddin

Scammer dan Industri Khayalan

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13916357161898407895

APAKAH yang keliru pada 'serdadu' scammer? Ahay, penulis mesem-mesem aja. Lha, itu emang job mereka kok, profesi, cari duit -haram di antara sulitnya nyari yang halal- untuk bertahan hidup. Lalu, kenapa pula yang jadi korban adalah orang-orang Indonesia? Siapakah sebetulnya para scammer itu? Bagaimana jadinya jika para scammer tak merebut korban, utamanya wanita-wanita kita?

[caption id="attachment_320706" align="aligncenter" width="407" caption="newesoft media com"][/caption]

Dengan mudahnya para scammer itu menjebak korbannya -di dunia maya- yang belum sekalipun bertemu di dunia nyata. Rasanya scammer ini, telah lama beraksi. Di kampungku, Makassar. Scammer-nya disebut pa'halo-halo. Yang teknologi medianya terbilang klasik alias jadul, hanyalah lewat SMS dengan ganjaran hadiah yang variatif, mobil, uang jutaan rupiah. Rata-rata warga Makassar sudah paham modus-modus ini. Ah, penulis 'iri' melihat rumah sang pelaku scammer itu. Nyaris tiap hari saya lewati. Sering saya tanya ke tetangga, kenapa mereka tidak ditangkap polisi jika diduga mereka penipu lewat SMS. Alat bukti yang kurang, kata seorang tetanggaku.

Dan, teknologi media (internet) kian menggeliat, tambah maju, plus canggih secanggihnya. Pengguna-pengguna internet yang memiliki akun atau email, begitu mudah menerima Surel (Surat Elektronik). Modusnya, mengaku suami-istri yang tak memiliki anak. Punya deposito di Inggris sebagai tempat bekerjanya. Penulis sempat mendapatkan email seperti itu. Perempuan itu, bernama sangat Islami, fasih berbahasa Inggris-Indonesia-Malaysia. Suaminya mulai sakit-sakitan, bahkan dikisahkan tambah parah hingga sang istri itu ingin penuhi wasiat suaminya. Suaminya berwasiat bahwa deposito yang ribuan poundsterling itu agar dicarikan orang untuk mengelolanya. Dia berharap depositonya digunakan untuk mendirikan masjid, pesantren atau panti asuhan.

Penulis berkomunikasi lewat email dan menyarakankan agar ibu hentikanlah penipuan-penipuan ini. Dia coba meyakinkanku bahwa dia bukan scammer. Ia kembali menjelaskan dan meminta penulis terbang ke London, biaya tiketnya akan ditebus setelah tiba di tempat tujuan. Hahaha.

Penulis ngakak. Tiada perlu penulis lanjutkan berkomunikasi dengannya. Lha, yang kukenal baik-baik saja, penulis gak beranilah terima tawaran seperti itu. Analisaku, scammer ini mengetes bahwa jika calon korban bisa ke London dengan biaya sendiri -untuk sementara- wah pasti calon korban ini kaum menengah ke atas. Banyak banget iming-imingnya kepadaku, seolah di depan mataku sudah segopok poundsterling dan segera dapat ditukar dengan ratusan juta dalam rupiah. Hanya satu kalimat penutup yang kubalaskan padanya: "Duh Bu, saya gak butuh duit. Saya ini orang sangat mapan". Sepertinya dia kesal.

Indutri Khayalan

Orang Melayu dulu, kakek-nenek kita kerap berseloroh seperti ini: "Belanda mati karena teknologinya, Cina mati karena hartanya, dan orang Melayu mati karena khayalannya".

Husssssssssst, jangan kelewat serius bacanya Bro. Kuingin berkata bahwa scammer itu benar-benar memanfaatkan karakter bangsa ini, gemar berkhayal-khayal: jadi orang kaya, bersuamikan perwira, pengusaha sukses, pebisnis dengan jenis perusahaan yang menggurita. Jangan salahkan scammer, jangan geram kepadanya. Jika hendak geram dan jengkel level 9000, maka kesalnya kepada sebahagian warga negara kita. Penduduk ini kelewat sadis jika digelari sebagai manusia yang suka dengan Industri Khayalan.

Berkhayal hidup dengan variasinya kemudahan dan pencapaian keinginan akan kematerian. Dan karakter originil masyarakat Indonesia sudah sangat jelas tertuang di sebuah lagu: Andai Aku Orang Kaya (oppie Andarsta). Bayangin kemana-keman pake sopir pribadi, pengen punya banyak uang, pelayan siaga 48 jam. hahaha

Indutri khayalan ini membuat scammer semakin subur di tanah air. Dan kucukupkan artikelku sampai di sini dengan harapan: anak-anak muda, cewek-cewek, paman-paman, tante dan setersunya, agar berhenti memproduk khayalan-khayalan dan mimpi-mimpi irrasional. Mau banyak uang, yah kerja. Mau banyak artikel di Kompasiana, yah nulis :lol:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline