Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Armand

TERVERIFIKASI

Universitas Sultan Hasanuddin

Primitif Sejati Itu Bernama Pengaderan Mahasiswa Baru

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13423398611556284569

Artikel ini saya destinasi di rubrik SOSBUD, bukan di EDUKASI. Kenapa?. Karena memang yang saya tuliskan ini adalah budaya tahunan dari mahasiswa saya. Ini soal gerakan ide dan aktifitas mahasiswa saya, kegiatannya bernama pengaderan. Uhuy, pengaderan yang berjauh-jauhan dengan benih edukatif.

[caption id="attachment_200586" align="aligncenter" width="455" caption="sumber gambar: antara com"][/caption]

Saya sendiri menanggung beban malu sosial, sebab sayapun pernah berlakon seburuk itu, memerlakukan adik-adik saya jauh dari aroma kemanusiaan, memaksa mereka memakai atribut bak orang gila, memasukkan mereka ke laboratorium pengawetan mayat (cadaver) dalam keadaan gelap gulita. Saya benar-benar tak tahu malu, apa jadinya jika saat itu adik-adikku ada yang meninggal akibat ketakutan melebihi nilai ambang batas?. Andai artikel ini sempat terbaca oleh adik-adik saya itu, saya sangat memohon maafmu. Sungguh, kelakuan saya saat itu sangat primitif dan tak manusiawi.

* * *

Menjelang 'Acara Pengaderan Mahasiswa Baru Universitas Hasanuddin 2012". Sayapun bertanya kepada mahasiswa saya:

"Kira-kira apa nilai edukasinya saat Anda membentak mahasiswa baru?". "Apa subtansi saat Anda menyuruhnya berkumpul, berdiri, jongkok?" "Apa nilai akademiknya ketika seragam mereka dibubuhi atribut?" "Tahukah Anda apa yang mereka cari di perguruan tinggi ini?" "Tahukah Anda, mereka manusia, tak ingin diperlakukan seperti robot"

Mendengar lima pertanyaanku ini, mahasiswaku saling memandang dan seterusnya bersuara lantang: "Apapun yang terjadi pengaderan harus tetap berjalan sebab ini sudah menjadi budaya perguruan tinggi"

Akhirnya saya tinggalkan mereka sambil bersalaman satu per satu, saya tahu mereka tak suka dengan pertanyaan saya. Saya paham mereka ingin diberi "kebebasan mimbar, kebebasan akademik". Yang terasa aneh buat saya, sebab setiap mahasiswa baru wajib mengikuti kegiatan ini. Barang siapa yang tidak ikut maka dia tidak akan diterima sebagai KELUARGA MAHASISWA. Jelas ini sebuah FORCE, pemaksaan dan kesewenang-wenangan.

* * *

Saya malu menyaksikan pengaderan ala mahasiswa saya tapi saya lebih malu jika hanya sanggup mengritik tanpa menawarkan solusi yang humanistik, edukatif dan sustainable. Dan inilah solusi ala Muhammad Armand, Sang Kompasianer Makassar:

Berikan ruang...!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline