Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Armand

TERVERIFIKASI

Universitas Sultan Hasanuddin

Hati-hati Penderita Sosiopat di Sosial Media

Diperbarui: 17 Juni 2015   22:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14121385972029959038

Orang ini sangat berbahaya. bisa melukai Anda setiap saat. Penting kutuliskan ini, sebab tak sedikit kawan-kawan terjebak oleh tingkah verbal penderita sosiopat di medsos. Anda akan sakit hati atas caciannya, orang ini sangat kasar. Maka jangan pernah -pikirkan- untuk melayaninya. Leave them!

Kenali ciri-cirinya dengan cermat, orang yang terindikasi sosiopat, suka berkata sadis, membabi buta, tak kenal kawan atau lawan. Reaksinya spontan, hingga para psikolog menggolongkannya sebagai manusia yang ANTI SOSIAL. Ya, anti sosial di MEDIA SOSIAL. Amatlah menyalahi unsur-unsur humanistik (kemanusiaan) di mana medsos itu bertujuan untuk berinteraksi dengan baik, bijak dan saling memanusiakan.

***

Masihlah terngiang, kericuhan Kompasianer di Facebook, dua hari lalu. Tanpa tedeng aling-aling, mereka aumkan hardik-makian, lolongan suara tak halus, mengaing, terjangan artikulasi amatlah menusuk sukma, membreidel perasaan anak-anak manusia. Melukakan!

Nama baik Kompasiana, ternista di sana. Lalu, penulis terdestinasi akan sebuah kalimat ini: "Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis".

Selanjutnya, penulis tumbuh-kembangkan kalimat itu menjadi beberapa  ranting pendewasaan bahwa ungkapan faktual itu, perlu diperluas oleh Kompasianer; merawat perilaku, menguatkan kebersamaan dalam kebaikan, saling menstimulasi interaksi positif dan saling meninggikan spirit untuk mengelokkan moralitas.

***

Ada sayatan di sana, ada luka yang berjejak, terekam dan berpotensi merusak otak. Bukankah sebuah riset telah membuktikan bahwa saat orang dimaki, maka otaknya tak beraturan? Amatilah Sang Bayi, ketika ia menyusui, ulkus-ulkus otaknya rapi, enak dipandang. Memuliakan! Lalu, sekali saja engkau maki anakmu, percayalah padaku, otaknya akan menggelembung seolah akan meledak, ulkus-ulkusnya terputus-putus (saya akan ulangi kalimat ini di paragraf selanjutnya, red). Lantas, apa yang engkau harapkan dari otak seorang anak -engkau pasti sayangi- yang terputus-putus? Berharap ia pintar? Oh kejauhan.

***

Tunggu dulu kawan, tak mudah menuding seseorang sebagai penderita sosiopat. Butuh pengamatan yang lama (minimal 1 tahun, red). Lalu, apakah artikel ini telah mendiagnosa seseorang dan vonisnya adalah Penderita Sosiopat? Tentu tidak!


"Setiap individu berpotensi sosiopat", demikian menurut Kompasianer Makassar ini

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline