Lihat ke Halaman Asli

Arsyad Maulana

Peneliti dan mahasiswa Ph.D di UST, Korea Selatan

[:\\planetesimal]

Diperbarui: 18 Februari 2023   08:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image by ukt2 from Pixabay

Leburlah makhluk-makhluk bernyawa menuju destruksi sepenuhnya, maka mereka akan kembali menjadi debu-debu karbon yang tak berarti. Remuklah dunia yang keras dan berbatu, maka ia akan kembali menjadi planetesimal yang tak berarti. Maka, makna yang dituju oleh entitas bernyawa dan dunianya adalah ketiadaan makna.
.
Arrokoth percaya, bahwa ketika ia menunjuk ke arah acak di dalam bola dunia, telunjuknya akan selalu mengacu pada debu yang tak berarti. Jika segala keberadaan tersusun dari debu tanpa makna, bukankah keberadaan itu sendiri juga tak bermakna? Dengan pemikiran seperti itu, Arrokoth menghina seluruh keberadaan.
.
Arrokoth yang sedang menunggu akhirnya di ruang hampa tanpa makna ditampar planetesimal. Mesin-mesin kognisinya kembali berjalan. Mungkin baginya bebatuan itu tak bermakna; namun di sinilah mereka, mengiringi surya dalam lantunan algoritma semesta, saling berbenturan, membentuk dunia baru dengan air yang memancar, gunung-gunung yang dipancangkan, dan tumbuhan-tumbuhan yang tumbuh secara liar.
.
Dunia baru menarik Arrokoth dan menangkapnya di permukaan rerumputan. Ia telah menjadi entitas yang lain dari para planetesimal. Ia tak membiarkan Arrokoth berakhir tanpa makna. Dunia baru menawarkan negosiasi kepada Arrokoth untuk mengelolanya agar keduanya menjadi lebih bermakna.
.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline