Jutaan diri yang berasal dari satu menginfeksi dunia-dunia yang didiami kehidupan. Kemampuan mereka untuk bereplikasi hingga tak berhingga membawa horor kepada dunia. Setiap kehancuran satu dunia berarti kelahiran propagator-propagator baru. Mereka adalah musuh alami kehidupan yang bisa membinasakan seluruh daratan dan perairan; eksistensi yang berdiri di puncak piramida hayati. Propagator tak mengenal empati.
.
Galenia telah hidup cukup lama di bawah teror para propagator. Dulu ia hanya tertunduk pasrah melihat jasad-jasad yang bergelimpangan tanpa darah. "Propagator jangan menyerang." Galenia sempat mencoba bernegosiasi sebagai solusi terakhir. Namun, propagator tak memiliki telinga untuk mendengar. Propagator tak mengenal negosiasi.
.
Galenia sadar bahwa keadaan kaumnya takkan berubah hanya dengan pasrah. Dengan mengasah inteligensi, mereka bertahan dari teror para propagator dan bermaksud menghentikan mereka. Jangankan dihentikan, eksistensinya dibinasakan tak bersisa pun propagator merasa tak mengapa. Propagator tak mengenal esensi.
.
Namun, bahkan eksistensi hayati tanpa inteligensi paling remeh seperti bakteri yang melayang di perairan pun bertahan hingga kini. Dengan kekuatan sedahsyat itu, lantas apa yang sebenarnya menghentikan mereka? Keseimbangan dunia yang menahan replikasi tak berbatas propagator masih menjadi misteri bagi Galenia. Propagator tak mengenal dominasi.
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H