Sejak subuh, melalui toa, atawa pengeras suara di masjid-masjid sekitar tak hentinya kumandang lantunan shalawat. Baik yang langsung disuarakan oleh anak-anak, maupun lewat rekaman dari gawai pengurus DKM. Sementara di dapur, istri yang dibantu anak-anak gadis kami sibuk menyiapkan nasi uduk dan kue-kue untuk dibawa ke masjid.
Hari ini tanggal 09 Nopember 2019. Bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal 1440 H. Sebagaimana biasanya di kampung kami, setiap 12 Rabiul Awal, atawa di kampung kami lebih dikenal dengan 12 Mulud, selalu menjadi hari yang istimewa. Karena sebagai tanggal tersebut merupakan tanggal dilahirkannya Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Kegiatan seremoni, atawa acara peringatan yang dikenal dengan sebutan Muludan itu dihadiri seluruh warga, baik tua dan muda, pria mapun wanita - tidak terkecuali mereka yang jarang menginjakkan kaki di masjid juga -tersebut sebagaimana biasa, diisi dengan tawasul yang dipimpin oleh pemuka agama agama di kampung kami, yang biasa dipanggil Ajengan. Kemudian disambung oleh tausyiah yang disampaikan Da'i dari luar kampung.
Barangkali ini juga yang menjadi daya tarik sebagian besar warga. Karena biasanya da'i yang diundang paling tidak cukup kondang untuk ukuran daerah kami. Terkadang dari da'i tersebut ada yang meniru gaya Ustadz Abdul Somad, ada yang berlagak bak mendiang Zainudin MZ, atawa ada juga yang bergaya lembut ala Aa Gym. Sedangkan Ustadzahnya cenderung banyak yang mencontek gayanya Mamah Dedeh.
Hanya saja pada intinya, substansi dakwah yang mereka sampaikan, dari tahun ke tahun tetap saja tidak melenceng dari riwayat Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Antara lain berbagai keajaiban saat dilahirkannya, kemudian menjadi seorang yatim-piatu, gembala kambing, buta huruf, tetapi diangkat oleh Allah sebagai Nabi akhir jaman untuk memperbaiki akhlak manusia dengan ajaran agama Islam yang dibawanya, sebagai agama yang rahmatan lil 'alamin. Yang artinya Islam merupakan agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi seluruh alam semesta, termasuk hewan, tumbuhan dan jin, apalagi sesama manusia.
Ihwal sikap dan perilaku Muhammad SAW yang harus menjadi tauladan umat Islam, adalah merupakan suatu keniscayaan. Begitu yang disampaikan setiap Da'i.
Kemudian acara pun ditutup dengan makan-makan bersama sambil menikmati hiburan berupa musik rebana yang disuguhkan oleh remaja masjid.
Begitulah.
Akan tetapi sejak penulis masih bocah, hingga sekarang berusia kepala 6, di kampung kami belum pernah melihat ada warga yang mampu meneladani Rasul Muhammad SAW. Secara utuh, tentu saja. Bahkan perintah Allah yang disampaikan melalui Nabi pun, misalnya menunaikan shalat lima waktu, berzakat, shaum di bulan Ramadhan, masih tetap saja banyak yang belum mampu melaksanakannya.
Misalnya di saat tiba waktu shalat, terutama kaum lelaki yang diwajibkan harus berjamaah di masjid, tetap saja masjid yang berukuran 10 x 12 meter itu hanya terisi satu shaf (baris) saja. Kecuali di hari Jum'at dan hari-hari raya, baru terisi penuh. Bahkan bisa membludak sampai ke halaman.
Begitu juga dengan perintah zakat, yakni memberikan sebagian hartanya yang di antaranya diperuntukkan bagi fakir miskin. Masih saja ditemukan banyak warga yang luas tanah pertaniannya, dan melimpah hartanya tak pernah menunaikan kewajibannya tersebut.