"Jangan Tanyakan Apa yang Negara Berikan Padamu, Tapi Tanyakan Apa yang Telah Kamu Berikan pada Negaramu."
Dewasa ini, tampaknya ungkapan yang pernah dilontarkan Presiden AS mendiang John F. Kennedy di atas, tak pernah lagi terlintas pada benak masing-masing individu di negeri ini.
Bisa jadi jangankan sumbangsih nyawa -- sebagaimana halnya para pahlawan pejuang kemerdekaan tempo doeloe, ditagih pajak saja bermacam argumen yang berbau peingkaran meluncur dari mulutnya.
Begitu juga di saat ketua RT mengajak warganya untuk bergotongroyong membersihkan sampah yang bertumpuk di lingkungannya, eh mereka seperti pura-pura tidak mendengarnya sahaja. Malahan tetap asyik dengan gawai di tangan, atawa melototi layar televisi.
Sebaliknya di saat pemerintah meluncurkan bantuan, semisal BLT (Bantuan Langsung Tunai) di era Presiden SBY tempo hari, jangankan mereka yang jelas-jelas kehidupannya berada di bawah garis kemiskinan, beliau-beliau yang di lingkungannya terbilang berharta pun menuntut jatah.
Sama halnya dengan program yang dewasa ini sedang berjalan, yakni yang disebut PKH (Program Keluarga Harapan), program KIP (Kartu Indonesia Pintar), atawa juga program KIS (Kartu Indonesia Sehat). Sikap warga tidak jauh berbeda.
Bahkan sikap mereka yang tidak mendapat bantuan program tersebut, selalu saja menjadikan senjata untuk menolak ajakan bergotongroyong di lingkungannya.
Ungkapan: "Tuh, ajak saja mereka yang mendapat bantuan. Tokh kami ini sudah dianak-tirikan!"
Sehingga karena awalnya pun memang sudah malas, ditambah lagi dengan kekesalan karena tidak mendapat jatah. Maka sempurnalah kehidupan bermasyarakat yang sulit diatur itu.
Begitulah. Kondisi masyarakat Indonesia di lingkungan yang kecil sahaja seperti itu.