Lihat ke Halaman Asli

Abahna Gibran

Penulis dan Pembaca

Ada Rindu dan Benci Saat Jakarta Dipimpin Anies - Sandi

Diperbarui: 23 Januari 2018   19:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anies-Sandi (Kompas.com)

Bila suatu ketika muncul keinginan untuk melepas rindu kepada anak-cucu yang tinggal di salah satu sudut wilayah Provinsi DKI Jakarta, Ibu Kota Indonesia, dan belakangan ini ada juga yang menyebutnya sebagai kota Megapolitan, yang terbayang kemudian adalah cuaca yang panas, hiruk-pikuk yang dibarengi kesemrawutan di terminal bus antar-kota, ditambah pula padat merayapnya moda transportasi di sepanjang jalan yang selalu saja menimbulkan kemacetan.

Sehingga jarak tempuh dari kampung hingga terminal bus antar-kota yang memakan waktu sekitar lima jam, sudah pasti akan ditambah lagi dua-tiga jam untuk dapat tiba di tempat tujuan. Maka di usia yang sudah merangkak senja, selain akan tersiksa kelelahan, terkadang menimbulkan stress juga yang sulit untuk dihindarkan. 

Oleh karena itu bila tiba di tempat tujuan, bukannya menggendong cucu yang sejak pintu rumah dibukakan ibunya meronta-ronta minta pindah gendongan, atau membalas pelukan kakaknya yang menggelendot sambil berceloteh riang, namun malah justru buru-buru menuju kamar tidur untuk meluruskan tubuh yang sejak tadi sudah terasa pegal dan linu, juga menenangkan hati agar tak berpikir ngawur lagi.

Tapi yang jelas, Jakarta bukanlah kota yang ramah bagi orang-orang yang sudah saatnya membutuhkan suasana yang tenang memang. Bahkan suka maupun tidak, Jakarta adalah hutan-rimba yang dipenuhi misteri, dan terkadang akan memangsa siapa saja tanpa diduga-duga.

Betapa tidak. Selain penuh sesak oleh pepohonan beton yang ketinggiannya saling bersaing menembus langit, sehingga kerap menimbulkan kengerian jika sewaktu-waktu salah satu pohon beton itu tumbang menghantam apapun yang ada di disekitar. Ditambah lagi dengan bertumpuknya jalan-jalan serupa sungai besar yang sulit dilintasi, karena derasnya aliran lalu-lalang kendaraan serupa air bah yang selalu saja menimbulkan kengerian, jangan-jangan akan memangsa secara tiba-tiba.

Sepertinya memang tidak salah jika menyebut Jakarta sebagai hutan-rimba yang sulit untuk ditaklukan. Bahkan sekalipun oleh seorang petualang sekaliber Tarzan yang pernah menguasai rimba-raya benua Afrika dalam cerita karya Edgar Rice Burroughs yang terkenal itu.

Sikap pesimistis demikian, tak berlebihan memang. Sebagaimana menyikapi kepemimpinan Anies- Sandi yang saat ini didaulat sebagai penguasa Provinsi DKI Jakarta yang meraih 58 persen dukungan suara dalam Pilkada beberapa waktu lalu.

Meskipun saat kampanye pasangan yang didukung partai Gerindra dan PKS itu begitu banyak mengobral janji untuk meraih banyak dukungan, dan dalam kenyataanya memang 58 persen warga Jakarta tersihir juga, sehingga pasangan Anies-Sandi pun memenangkan pertarungan, namun janji-janji yang kata orang Jakarta sendiri disebut 'seabreg' itu akan sulit untuk direalisasikannya.

Buktinya setelah dilantik menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, pasangan Anies-Sandi yang sebelumnya telah mencanangkan program 100 hari kerja sebagaimana dikutip dari situs jakartamajubersama.com, konon target pertama Anies-Sandi akan melakukan rekonsiliasi dengan berbagai golongan untuk memastikan lingkungan sosial, ekonomi, dan politik di DKI pasca Pilkada berlangsung kondusif.

Berikut kegiatan Anies-Sandi untuk 100 hari pertama untuk memastikan lingkungan sosial, ekonomi, dan politik berlangsung kondusif:

1. Bersilaturahim dengan seluruh mantan Gubernur dan Wakil Gubernur, tokoh-tokoh yang mewakili semua golongan, dan pimpinan partai politik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline