Lihat ke Halaman Asli

Abahna Gibran

Penulis dan Pembaca

Ini Presidenku, Mana Presidenmu?

Diperbarui: 3 Januari 2018   22:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto (Kompas.com)

Memasuki tahun politik sekarang ini, idiom panasbung, dan kelompok kecebong, kembali meramaikan khazanah politik di negeri ini. Sebagaimana dimaklumi, panasbung merupakan singkatan dari pasukan nasi bungkus, yakni kelompok pro Prabowo Subianto yang dipopulerkan oleh kelompok pro Jokowi. Sementara kelompok kecebong adalah mereka yang menjadi pendukung Jokowi, dan dipopulerkan oleh kelompok yang berada di belakang mantan menantunya penguasa rezim orde baru, yang tak lain adalah Prabowo Subianto yang dikalahkan Jokowi dalam Pilpres 2014 lalu.

Bisa jadi julukan kecebong yang dialamatkan kepada kelompok pro jokowi oleh para pendukung Prabowo, kemungkinan besar karena selama ini Presiden Jokowi memiliki hobi memelihara kodok. Sedangkan kecebong merupakan anak kodok yang baru menetas, serupa ikan dan belum bisa melompat sebagaimana kodok yang sudah dewasa.

Sementara para pendukung Jokowi menyebut pasukan nasi bungkus kepada pendukung Prabowo, selain bentuk balasan terhadap para pendukung Prabowo yang dianggap kerap nyinyir berlebihan, juga karena mereka melihat setiap ada kegiatan yang diselenggarakan oleh ketua umum partai Gerindra itu, baik pada masa kampanye Pilpres 2014 lalu, maupun kegiatan lain yang biasanya melibatkan massa, maka akan selalu ada pemandangan yang lumayan menakjubkan. 

Massa yang berkerumun itu bukannya menyimak orasi yang disampaikan mantan Danjen Kopassus itu, melainkan malah justru berebut nasi bungkus yang dibagikan panitia penyelenggara acara. Dan bagi yang melihatnya, paling tidak sungguh sesuatu pemandangan yang teramat menakjubkan, karena massa yang berebut nasi bungkus itu seperti orang-orang yang sudah tidak makan satu bulan saja kelihatannya.

Pada dasarnya, idiom tersebut merupakan hal yang baru muncul belakangan ini dalam khazanah politik di negeri ini, ketika dua pasang kontestan calon Presiden dan Wakil Presiden dalam Pilpres 2014 lalu saling berebut suara dukungan dari rakyat Indonesia.

Semula publik berharap persaingan itu akan berakhir manakala Pilpres itu telah selesai. Namun harapan itu sepertinya tinggal harapan belaka. Pihak yang kalah sepertinya masih belum menerima kekalahannya. Sikap kelompok panasbung yang dimotori Fadli Zon jelas masih menyimpan dendam. Terbukti di media sosial sikap berseberangan masih tetap berlangsung hingga sekarang. Demikian juga sikap Fadli Zon sendiri yang notabene saat ini menjabat Wakil Ketua DPR RI, sama sekali tidak mencerminkan sebagai wakil rakyat yang sejati.

Bahkan beberapa waktu lalu, seorang Fadli Zon pernah melontarkan pernyataan yang dianggap publik sungguh keterlaluan. Saat diwawancara awak media terkait kemenangan pasangan Anies-Sandi dalam Pilkada DKI Jakarta beberapa waktu lalu, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu, tak menampik partainya kian bersemangat mengusung mantan Danjen Kopassus itu sebagai capres.

"Ya, Insyaallah lah. Masyarakat dan kami mengharapkan Pak Prabowo sehat dan bisa maju untuk pemilu 2019 karena saya kira kalau beliau terpilih ini akan membawa Indonesia lebih kuat dan terhormat," kata Fadli kepada wartawan di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta,

"Seandainya Prabowo Presidennya, Saya Pasti Kerja dengan Serius, gak malas, gak akan main-main lagi dan akan selalu mendukung," imbuhnya.

Sehingga publik pun menyimpulkan, selama ini Fadli Zon yang mendapat amanah sebagai wakil rakyat indonesia di DPR RI, kerjanya hanyalah main-main saja. Tidak ada kesungguhan di dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga tidak hanya rakyat Indonesia saja, biasa jadi para konstituen yang memilih Fadli Zon pada Pemilu 2014 lalu pun akan merasa kecewa juga oleh pernyataannya itu. Apabila di antara para konstituennya itu sendiri masih ada orang-orang yang mampu berpikir waras tentunya.

Sebagai seorang pejabat pada lembaga negara, pernyataan yang dilontarkan Fadli Zon, jelas sekali memberi kesan merupakan ungkapan seorang bocah yang merasa dendam karena barang mainannya direbut oleh teman-temannya. Sama sekali tidak mencerminkan seorang pejabat tinggi yang saban hari hidup dari uang rakyat seluruh Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline