Lihat ke Halaman Asli

Abahna Gibran

Penulis dan Pembaca

Gempa Memang Selalu Membuat Trauma

Diperbarui: 16 Desember 2017   09:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kerusakan akibat gempa yang terjadi tahun 2009 di Tasikmalaya Dokpri

Mungkin karena seharian kemarin terlalu banyak memforsir tenaga, sehingga baru saja selepas isya, dan rencananya akan dilanjutkan untuk menulis sebagaimana biasanya, tapi apa boleh buat, mata sudah terasa berat memelototi layar laptop yang baru saja dinyalakan. Sementara badan pun semakin terasa penat, seakan meminta segera dibaringkan untuk beristirahat.

Apa boleh buat. Daripada memaksakan diri, saya turuti saja kehendak badan yang memang sudah sulit dijak kompromi lagi. Laptop pun ahirnya dimatikan kembali. Siapa tahu setelah cukup tidur, nanti malam akan bisa melanjutkan rutinitas menulis yang saban hari harus dilaksanakan.

Memang seharian kemarin tidak sesantai biasanya. Sejak pagi hari sudah mulai mengeluarkan tenaga. Berawal dari memperbaiki genteng atap rumah yang bocor, lalu membersihkan drainase di halaman yang sudah tertutup rerumputan sehingga ketika hujan turun airnya tidak mengalir lancar, kemudian mencari pakan kambing ke hutan di utara kampung. Selain mengingat cuaca yang belakangan ini tidak menentu, juga karena kemarin adalah hari Jum'at. Bagi semua pria penganut agama Islam, tentu saja, hari itu ada kewajiban yang tak boleh dilewatkan. Menunaikan ibadat shalat berjama'ah shalat Jum'at adalah rutinitas yang tidak boleh diabaikan. Kecuali bagi yang berhalangan tetap, tentu saja, sedang menderita sakit misalnya.

Entah sedang mimpi apa ketika tiba-tiba saja telinga saya menangkap suara kentongan ditabuh bertalu-talu, dibarengi suara bersahutan menyebut nama Allah dengan penuh kepanikan. Hanya saja yang jelas, ketika kesadaran saya sudah terasa pulih sepenuhnya, terasa tempat tidur bergoyang, dan benda-benda di sekitar bergerak pelan. Tak syak lagi. Pasti sedang terjadi gempa. Lalu saya pun menyalakan lampu. Jarum jam di dinding kamar menunjuk pada angka sebelas lewat empat menit. Sesaat guncangan itu kemudian berhenti. Tapi tiga menit kemudian muncul kembali, dan guncangannya lebih besar dari yang pertama tadi.

Saya pun buru-buru keluar kamar. Maksudnya untuk membangunkan anak-anak, dan mengajak mereka keluar rumah. Sebelum beranjak saya pun meraihlampu senter, dan telepon genggam. Bagaimana pun gucangan gempa kali ini terasa cukup besar, dan mengingatkan pada gempa yang terjadi pada 2 September 2009 lalu.

Ketika gempa itu terjadi, kebetulan saya dalam perjalanan pulang dari kantor Bupati Tasikmalaya. Usai meliput acara pelantikan pejabat di lingkungan Pemda. Sepeda motor yang saya kendarai terasa lajunya oleng, seakan bannya kempes seketika. Tetapi ketika melihat orang-orang di pinggir jalan panik berlarian sambil berteriak: Gempa, gempa, gempa! Maka saya pun sadar. Secara spontan sepeda motor pun diarahkan ke tepi jalan.

Bisa jadi gempa yang terjadi saat itu, merupakan gempa tektonik paling dahsyat sepanjang yang saya ingat. Menurut BMKG, magnitudonya mencapai 7,3 skala richter. Sehingga tercatat puluhan orang dikabarkan tewas, dan ratusan orang lainnya mengalami luka-luka. Demikian juga puluhan ribu bangunan rumah, perkantoran, tempat ibadah mengalami kerusakan yang cukup parah. Demikian juga banyak lempengan tanah yang retak-retak. Dan menganga besar. Tak sedikit pula tebing yang longsor.

Sehingga gempa yang terjadi tadi malam pun guncangannya yang cukup besar, dan kemudian diketahui bermagnitudo 6,9 skala richter, membuat saya dan warga sekitar merasa trauma. Takut peristiwa gempa 2009 lalu terulang kembali.

Alhamdulillah, ketakutan kami pun tidak menjadi kenyataan. Karena menurut BMKG gempa yang berpusat di 7.75 LS,108.11 BT  11 km sebelah Barat Daya kabupaten Tasikmalaya, dengan kedalaman 107 Km, tidak berpotensi Tsunami.

Hanya saja tadi pagi ada SMS dari seorang teman, mengabarkan bahwa atap kantor Bupati Tasikmalaya, sebagian mengalami kerusakan dan ambrol. Tapi tidak menimbulkan korban jiwa. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline