Ketika rakyat bertanya saat dicekam kekhawatiran, penguasa pun menjawabnya dengan peraturan yang dianggap bertolak belakang dengan prinsip keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang dianutnya.
Tak syak lagi. Pertanyaan susulan pun muncul silih berganti. Penuh keheranan, berbaur dengan ketidakpahaman dengan apa terjadi.
Bermula dari munculnya varian baru virus Corona yang bernama Omicron. Menurut otoritas yang berwenang, varian baru itu pertama kali ditemukan di negerinya Nelson Mandela - nun di Afrika Selatan.
Konon varian Omicron ini sedikit berbeda dengan varian-varian sebelumnya.
Meskipun mungkin kita pernah mendengar bahwa gejala Omicron ringan, namun para dokter dan ahli kesehatan mengatakan itu belum tentu gejala sebenarnya.
Hingga saat ini, sebagaimana dikutip dari kompas.com, ilmuwan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) bekerja sama dengan mitra untuk mengumpulkan data dan sampel virus yang dapat dipelajari untuk menjawab pertanyaan penting tentang varian Omicron.
Apa Saja Gejala Omicron?
Sebuah laporan baru dari CDC menganalisis data dari 43 kasus COVID-19 di AS yang disebabkan oleh Omicron dan menemukan bahwa pasien umumnya memiliki gejala-gejala berikut: Batuk, kelelahan, hidung tersumbat, dan pilek.
Seorang dokter yang merawat pasien Omicron di Afrika Selatan pada akhir November lalu mengatakan bahwa orang yang terinfeksi varian ini sejak dini memiliki gejala yang sangat ringan.
Menurut Ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan Dr Angelique Coetzee, gejalanya adalah merasakan kelelahan selama beberapa hari, sakit dan nyeri di tubuh dengan sedikit sakit kepala. Pasien yang dia tangani juga mengeluhkan gatal di tenggorokan, tidak batuk atau kehilangan indra perasa dan penciuman, tetapi dia dinyatakan positif COVID-19.