"Teror" yang muncul di penghujung abad ke-20, tepatnya di tahun 2019, dan diketahui pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Cina, hingga sekarang ini, sepertinya masih tetap merupakan ancaman yang mengerikan bagi siapa pun juga di muka bumi ini.
Selain telah banyak menimbulkan korban jiwa, dan meluluhlantakkan berbagai aspek kehidupan manusia, ternyata virus ini pun begitu cepatnya bermutasi. Dalam tempo dua tahun ini telah banyak varian baru yang ditemukan.
Diketahui hingga saat ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah resmi memberikan nama baru untuk varian virus corona. Saat ini, diketahui ada 10 varian virus yang resmi menyandang nama yang diambil dari alfabet Yunani, dari Alpha, Beta, Delta hingga Gamma.
Dikutip dari kompas.com, para pakar WHO telah sepakat merekomendasikan penggunaan alfabet Yunani untuk menamai varian-varian baru virus SARS-CoV-2 dan penggunaan nama baru berdasarkan alfabet Yunani ini akan lebih memudahkan untuk dibahas oleh audiens non-ilmiah, alias orang yang awam dengan seluk-beluk ilmu kesehatan.
Jadi biarlah urusan nama varian, atau bentuk lain dari asal-muasalnya virus Corona, atau Covid-19, itu menjadi urusan para pakar saja. Bagi kita yang termasuk golongan non-ilmiah, apa lagi penulis sendiri - selain orang yang awam, juga hidupnya selama ini jauh di pelosok desa, cuma bisa memberitahukan kembali, sesuai dengan apa yang telah didengar dan dibaca, kepada sesama di sekitar - tentu saja.
Bisa jadi bagi orang awam seperti penulis, di dalam menghadapi "teror" yang tak nampak, tapi cukup mematikan ini, adalah agar tetap tenang, tapi juga jangan pernah alpa sekejap pun untuk tetap menerapkan protokol kesehatan sebagaimana yang telah ditetapkan.
Akan halnya dengan munculnya varian baru virus corona Omicron sekarang ini, justru telah mengembalikan ingatan pada pertengahan tahun 2021 ini ketika varian Delta membuat fasilitas kesehatan di negeri tercinta ini begitu kewalahan, dengan masalah-masalah seperti kelangkaan oksigen, penuhnya rumah sakit, harga obat melambung, hingga kelelahan yang dialami banyak tenaga kesehatan.
Lantaran di samping penularannya sulit dideteksi, penyebarannya pun dianggap begitu sangat cepat, dibanding dengan varian-varian yang lainnya. Sampai saat ini, tercatat telah ada 23 negara yang melaporkan kasus serupa virus Omicron di negara masing-masing, di antaranya, Inggris, Austria, Italia, Jerman, dan Australia.
Nah, terlebih lagi dengan munculnya virus tersebut di negara tetangga sebelah selatan itu, sudah selayaknya kita semua untuk mewaspadai kemunculannya di negara kita.
Adapun varian Omicron pertama kali ditemukan di belahan selatan benua "hitam" Afrika, tepatnya di negerinya Nelson Mandela - Afrika Selatan. Dan yang patut diperhatikan, ternyata Omicron banyak ditemukan pada orang-orang dengan HIV.
Astaganaga...