Lihat ke Halaman Asli

Adjat R. Sudradjat

TERVERIFIKASI

Panggil saya Kang Adjat saja

Ibu, Jangan Bawa Anaknya yang Pria ABG ke Salon Kecantikan

Diperbarui: 29 Juli 2020   14:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi suasana di salon kecantikan (tribunsumsel.com)

Seorang teman suatu ketika mengeluhkan perilaku 'aneh' anak lelaki satu-satunya yang sudah menginjak usia remaja, atawa biasa disebut anak baru gede (ABG).

Selain jadi suka bersolek bak perempuan, hobi olahraga beladiri dan sepakbola yang selama ini ditekuninya, sepertinya tidak pernah dilakoninya lagi sama sekali.

Demikian juga pergaulan sehari-harinya pun tampaknya berubah total. Biasanya teman saya melihat anak lelakinya itu selalu kongkow-kongkow dengan sesama teman prianya. Baik saat pergi maupun pulang dari sekolah, atawa juga saat di sasana tempat latihan beladiri. Apalagi jika di lapangan hijau saat bermain sepakbola.

Bahkan 'kejantanan' anaknya pun pernah disaksikannya ketika sasana perguruan beladiri tempatnya bergabung, memberikan kepercayaan kepada anaknya itu sebagai salah seorang peserta  turnamen kejuaraan beladiri antarperguruan silat tingkat kabupaten, dan berhasil merebut medali emas.

"Aku begitu heran dengan perubahan perilaku yang terjadi pada anak lelaki satu-satunya itu. Begitu drastis dan total sama sekali," keluhnya sambil mendekap foto anaknya yang sedang mengangkat medali emas yang pernah diraihnya itu.

"Sekarang ini anakku lebih betah di rumah, dan bermain dengan dua kakak perempuannya saja. Selain itu, aku seringkali melihat dia merias wajahnya seperti kakaknya," lanjutnya.

Mendengar penjelasannya, untuk sesaat saya sendiri tidak bisa berkata-kata. Ikut merasa prihatin dengan kejadian yang dialami dalam keluarganya itu.

Bagaimanapun sebagai seorang ayah yang memiliki seorang anak lelaki satu-satunya dari tiga bersaudara, dirinya sudah pasti mengharapkan anak lelakinya itu akan menjadi penerus trah darah-daging langsung keluarganya. Karena faham patriarki dalam adat sukunya masih tertanam kuat memang.

"Tapi kalau boleh tahu, sejak kapan anakmu berubah menjadi kemayu seperti itu?" 

Sesaat teman saya itu tampaknya sedang mengingat-ingat sesuatu. Wajahnya menengadah ke atas langit-langit ruang tamu tempat kami berbincang-bincang.

Sementara saya sendiri berfikir keras, mencoba untuk menganalisa perubahan pada perilaku 'aneh' anak lelaki satu-satunya teman saya itu. Bagaimanapun tak ada asap kalau tak ada api. Tidak menutup kemungkinan anaknya itu mendapat pengaruh eksternal maupun internal yang sedemikian kuatnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline