Lihat ke Halaman Asli

Adjat R. Sudradjat

TERVERIFIKASI

Panggil saya Kang Adjat saja

Kontradiksi di Bulan Suci yang Sudah Jadi Tradisi

Diperbarui: 2 Mei 2020   23:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (pexels/Andrea Piacquadio)

Bulan Ramadhan, selain merupakan bulan suci bagi umat Islam, juga merupakan ajang untuk melatih diri agar mampu menahan diri dari setiap godaan nafsu yang akan menjerumuskan ke dalam jurang penyesalan.

Begitu yang disampaikan Khatib Jumat di hari pertama bulan Ramadhan tahun ini.

Bukan hanya menahan diri untuk tidak makan dan minum sahaja, tapi kita pun harus mampu mengendalikan nafsu amarah, menjaga nafsu berahi - jangankan berzina, dengan istri/suami yang sah saja selama melaksanakan ibadah puasa tidak boleh dilakukan.

Demikian juga dengan godaan untuk bermewah, baik makanan, pakaian, dan pamer harta kekayaan  yang sekedar berharap mendapat decak kagum orang lain, atau juga bersaing agar dianggap sebagai number one, atau paling kaya dari yang lainnya.

Sebaliknya, di bulan puasa ini, setiap orang yang sudah merasa punya kelebihan harta, diharuskan untuk selalu berbagi dengan sesama yang kebetulan hidupnya disebut sebagai golongan kaum dhuafa, alias orang yang tak punya.

Akan tetapi dalam kenyataannya, khotbah yang disampaikan khatib Jumat tersebut hanya berlaku di atas mimbar dan di dalam masid sahaja.

Bagi sebagian besar umat Islam, bulan Ramadhan identik dengan pengeluaran anggaran yang lebih besar dari bulan-bulan yang lainnya.

Untuk kebutuhan berbuka puasa saja tidak cukup dengan empat sehat lima sempurna. Segala jenis penganan khas yang selalu ada di bulan Ramadgan, sepertinya selama dompet masih mengijinkan, harus pula dibelinya.

Bahkan untuk menghadapi hari raya Iedul Fitri yang identik dengan penutup ibadah puasa selama satu bulan, yang bermakna kembalinya kepada fitrah insan yang suci, justru sebaliknya oleh sebagian besar umat Islam dianggap sebagai suatu tradisi  dengan tersedianya beraneka ragam makanan, minuman yang jarang ditemukan di hari- hari biasa, ternasuk juga pakaian baru, dan tentu saja, sebagai suatu pesta-pora yang menuntut tersedianya anggaran lebih, sekalipun harus berutang kiri-kanan untuk memenuhinya.

Sungguh kontradiksi sekali memang. Di satu sisi ditegaskan kalau bulan suci Ramadhan adalah bulan untuk melatih diri agar selalu mampu untuk mengendalikan diri dari setiap godaan nafsu. Sementara di sisi lain malah justru sebaliknya. Banyak orang yang malah mengikuti segala kehendak nafsunya. 

Hadeuh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline