Lihat ke Halaman Asli

Adjat R. Sudradjat

TERVERIFIKASI

Panggil saya Kang Adjat saja

Humor | Sepotong Percakapan Suami-Istri yang Mengundang Rangsang

Diperbarui: 26 Januari 2020   21:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Sumber: Liputan6.com)

Kehidupan malam di pelosok perkampungan, bisa jadi cukup menjenuhkan memang. Selain karena gelap-gulita, ditambah pula sedang musim hujan.

Apa boleh buat, kegitan warga pun semakin terbatas. Nyaris hanya berkutat di seputar rumah, ditemani radio yang menyuguhkan hiburan satu-satunya sebagai pengantar istirahat setelah seharian bekerja di sawah maupun di ladang.  

Keadaan seperti itu dialami warga kampung kami di era tahun 1980-an. Sebelum meletus gunung Galunggung, listrik belum ada tanda-tandanya mau singgah ke kampung kami memang. Jalan desa yang membentang dari barat ke timur pun masih berbatu kerikil, sama sekali belum mulus oleh sentuhan aspal.

Sehingga kondisi seperti itu, tak ada lagi pilihan selain berkumpul dalam rumah bersama keluarga. Paling banter mendengarkan siaran radio yang menyuguhkan siaran hiburan wayang golek dari RRI di Sabtu malam.

Sedangkan pada malam-malam lainnya, pukul sembilan malam saja suasana perkampungan sudah sepi-saupi. Perkampungan seakan mati. Tinggal serangga malam yang seakan sedang bersaing unjuk suara memecah keheningan.

Tapi bagi anak-anak muda keadaan seperti itu tak menghalangi untuk tetap beraktivitas sebagaimana laiknya dilakukan kebanyakan remaja dan pemuda yang masih lajang dimana pun mereka tinggal.

Menghabiskan waktu malam dengan beragam kegiatan, seperti misalnya kongkow-kongkow di pos kamling sambil main kartu gaple, nyanyi bersama dengan iringan gitar dan tetabuhan lain alakadarnya, dihangatkan juga oleh api unggun, adalah rutinitas anak muda di kampung, begadang namanya sebagaimana dipopulerkan Si Raja Dangdut Rhoma Irama lewat salah satu lagunya yang berjudul sama, yakni "Begadang" juga.

Sepertinya begadang bagi remaja dan pemuda angkatan '80-an di kampung kami tak cukup sebagaimana yang tadi disebutkan. Kalau kebetulan terang bulan, dan tidak turun hujan, mereka pun punya kegiatan konvoi berkeliling kampung, menyusuri gang sempit serupa labirin yang saling bertautan dari rumah yang satu ke rumah lainnya. 

Tujuannya selain menghabiskan waktu untuk menghilangkan kejenuhan, juga mencari sasaran, siapa tahu ada pemuda dari luar kampung yang datang bertandang ke rumah gadis di kampung kami.

Nah, kalau kebetulan pemuda luar kampung itu tidak kami kenal, apalagi jika yang bersangkutan berlagak sok jagoan, maka para pemuda pun bertindak. Selain mengusirnya,  juga ditantang untuk duel sekalian.

Akan tetapi jika pemuda luar kampung itu dikenal oleh pemuda kampung pribumi, atawa masih sanak saudara salah satu pemuda kampung kami, yang bersangkutan pun akan merasa nyaman. Apa lagi jika sudah berjanji untuk memperistri gadis yang didatanginya itu, ditambah juga royal memberikan rokok buat pemuda pribumi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline