Lihat ke Halaman Asli

Adjat R. Sudradjat

TERVERIFIKASI

Panggil saya Kang Adjat saja

Diplomasi Cantik ala Jokowi dengan Raja Arab Saudi

Diperbarui: 27 Februari 2017   18:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Jokowi saat berkunjung ke Arab Saudi (Sumber: liputan6.com)

Kunjungan Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud dari Arab Saudi ke Indonesia yang direncanakan 1 Maret mendatang, sejak jauh hari sudah menyita perhatian yang cukup besar.

Bagaimanapun kunjungan penguasa Arab Saudi ini, selain merupakan kunjungan paling bersejarah bagi Indonesia, karena kunjungan sebelumnya dilakukan oleh Raja Faisal pada 46 tahun lalu, ketika Indonesia saat itu di bawah pemerintahan rezim Orde Baru, dan yang patut dicatat adalah kunjungan kenegaraan Raja Arab Saudi ini bisa jadi akan memiliki dampak yang signifikan bagi hubungan kedua negara di masa mendatang.

Catatan yang paling utama adalah terkait masalah kuota jemaah haji yang sejak 2013 lalu mendapat pengurangan. Meskipun alasannya, saat itu, karena Masjidil Haram sedang mengalami perluasan, akan tetapi tetap saja dampaknya bagi bangsa kita yang penduduknya mayoritas Islam sungguh kian mengkhawatirkan.

Betapa tidak. Bagi umat Islam yang sudah memiliki kemampuan tertentu, terutama dalam hal pembiayaannya – tentu saja, menunaikan ibadah Haji merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan.  Jika diperhatikan, dari tahun ke tahun, untuk pergi berhaji peminatnya semakin bertambah saja. Hal itu merupakan pertanda kesejahteraan bangsa ini kian meningkat juga. Akan tetapi karena adanya pembatasan kuota yang diterapkan pemerintah Arab Saudi, maka daptar tunggu secara nasional pun kian memanjang dengan rentang waktu sampai 17 tahun.

Memang di tahun 2017 ini Arab Saudi sudah memulihkan kembali kuoata haji bagi Indonesia dari 168.800 orang menjadi 211.000 orang. Kemudian ada pemberian kuota istimewa, dengan tambahan 10.000 orang khusus bagi Indonesia. Akan tetapi meskipun keisitimewaan itu hanya untuk Inonesia saja, dan negara lain tidak menerimanya, dampaknya belumlah bisa dikatakan kentara. Karena daptar tunggu terlama 17 tahun, baru bisa dipangkas 3 tahun sahaja. Artinya kesempatan umat Islam untuk menunaikan kewajibannya masih harus sabar dalam penantian yang panjang.

Oleh karena itu, dalam kunjungan Raja Salman bersama rombongannya yang begitu besar itu, upaya untuk kembali melobi penambahan kuota haji, peluangnya akan terbuka lebar. Paling tidak kuota untuk negara lain yang acapkali tidak digunakan, seperti misalnya untuk Philipina, kenapa tidak minta dialihkan saja untuk umat Islam di Indonesia. Sehingga kasus calon jemaah haji Indonesia dengan paspor Philipina yang terungkap tahun lalu itu pun tidak terulang kembali.

Yang tak kalah pentingnya, adalah permasalahan tenaga kerja Indonesia (TKI). Patut kiranya menteri terkait mengadakan pembicaraan terkait regulasi, agar TKI yang bermasalah, misalnya yang sedang menghadapi ancaman hukuman mati, selain mendapat pendampingan hukum, juga aturan hukum yang berlaku di Indonesia pun dapat dipadupadankan dengan hukum di Arab Saudi.

Demikian juga dengan nasib TKI yang masih banyak terdengar mendapat perlakuan tidak layak dari majikannya, baik yang upahnya tidak pernah diberikan, maupun yang mendapat perlakuan kekerasan, adalah pekerjaan rumah yang harus diperhatikan bagi pahlawan devisa ini.

Catatan selanjutnya adalah untuk peningkatan hubungan di sektor ekonomi. Di samping PT Pertamina dan Saudi Aramco, perusahaan minyak dan gas asal Arab Saudi, membuat kesepakatan awal kerja sama sektor energi dengan kontrak investasi senilai lima miliar dolar AS (setara dengan Rp 68,5 triliun), yang menjadi tonggak baru sejarah, diharapkan pariwisata pun akan terdongkrak pula. Karena selain kunjungan kenegaraan, dikabarkan Raja Salman dan rombongan yang jumlahnya mencapai 1.500 orang itu akan mengadakan liburan ke Bali.Hal tersebut semoga akan memicu berduyun-duyunnya kunjungan wisatawan asal Timur Tengah di masa yang akan datang.

Demikian juga di bidang investasi yang sedang dibutuhkan negeri ini saat ini. Indonesia yang sedang berkonsentarsi pada pembangunan prasarana terdiri atas 24 pelabuhan laut, 15 bandar udara baru, jalan tol 1.000 km, jalan antarprovinsi 2.600 km, 49 bendungan dan pembangkit listrik 35.000 MW dan transportasi massal di 23 kota besar, diharapkan dengan kunjungan kenegaraan Raja Salman, paling tidak pihaknya akan menyambutnya dengan suka cita.

Sebagaimana kabar yang beredar selama ini, kunjungan penguasa negara agama Islam berasal, ini pada dasarnya terkait dengan program reformasi ekonomi yang diluncurkan pemerintahnya sejak 2016 lalu. Progam yang diluncurkan oleh Deputi Putra Mahkota Mohammad bin Salman tersebut, bertujuan untuk mendiversifikasi ekonomi dan sebagai upaya modernisasi tatanan masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline