Publik di negeri ini, terutama para netizen di jagat maya, kembali dibuat heboh dengan munculnya sebuah kerajaan baru yang didirikan di dalam wilayah Republik Indonesia ini. Mereka banyak yang geleng-geleng kepala, dan malah tak sedikit juga ngakak tertawa.
Adalah Edhie Baskoro Yudhoyono. Anak kedua SBY, mantan Presiden RI, yang sekarang ini menjadi Ketua Umum Partai Demokrat, ini dianggap telah mendirikan kerajaan.
Sebagaimana diketahui, kerajaan merupakan sebuah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh seorang raja yang memiliki kekuasaan mutlak. Bahkan di jaman dahulu, ada anggapan seorang raja sebagai wakil Tuhan di dunia.
Kenapa Ibas, nama panggilan akrab anak SBY, itu dikatakan telah mendirikan sebuah kerajaan, dan yang bersangkutan disebut sebagai rajanya?
Hal itu bermula tak lain dari kicauan Ibas sendiri melalui akun Twitter-nya ketika menanggapi Antasari Azhar yang menyebut adik calon Gubernur DKI 2017 yang baru saja terjungkal dalam putaran pertama Pilkada serentak, Agus Harimurti Yudhoyono, terlibat dalam dalam kasus dugaan korupsi pengadaan alat IT Komisi Pemilihan umum (KPU) pada Pemilu Legislatif 2009.
Ungkapan “Wahai rakyatku...” yang ditulis Ibas itulah yang dianggap publik kalau Ibas telah menjadi seorang raja, dan sekaligus telah mendirikan sebuah kerajaan. Bagaimanapun dalam kisah “Seribu Malam”, atawa dongeng lain tentang kerajaan dengan rajanya, yang biasa mengucapkan ungkapan “Wahai rakyatku...”, itu hanyalah seorang raja.
Sementara sekarang ini, yang dilakukan menantunya Hatta Rajasa, melalui akun Twitternya, itu di mata publik memang bukanlah sebagai raja dari suatu kerajaan yang sesungguhnya. bisa jadi hal itu hanyalah sebuah reaksi spontan dalam menanggapi kicauannya Ibas tersebut. Spontanitas untuk mengolok-oloknya.
Karena jangankan orang yang sudah dewasa, bocah ingusan saja tahu siapa Ibas. Siapa Edhie Baskoro Yudhoyono itu. Selain dalam kenyataannya tidak ada kerajaan yang didirikan di negeri ini, juga Ibas belum pernah diberitakan menjadi seorang pemimpin, meskipun dalam level paling bawah sekalipun dalam struktur pemerintahan di Republik Indonesia ini. Kecuali pernah menjadi ketua fraksi Partai Demokrat di DPR, dan kepala rumah tangga di rumahnya – tentu saja.
Sehingga wajar saja jika publik mengolok-oloknya. Ibas, politikus muda ‘karbitan’ ayahnya sendiri, di saat mendengar Antasari Azhar menyebut namanya dalam kasus korupsi IT KPU itu, bisa jadi bagaikan seseorang yang mendengar petir di siang bolong. Kaget bukan kepalang.
Maka sebagai anak muda, tanpa pikir panjang lagi, diapun kemudian menulis kicauan seperti itu.
Hanya saja keterkejutan Ibas atas pernyataan Antasari Azhar, apakah karena memang benar dirinya merasa difitnah, atawa karena suatu hal yang tak disangka-sangka kalau ada orang yang berani membuka perbuatannya?