Lihat ke Halaman Asli

Adjat R. Sudradjat

TERVERIFIKASI

Panggil saya Kang Adjat saja

Jangan Pilih Mereka!

Diperbarui: 14 Januari 2017   22:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pilkada DKI 2017 (Sumber: Kompas.com)

Acara debat Cagub dan Cawagub DKI Jakarta tadi malam (13/1/2017) bukan konsumsi warga metropolitan Jakarta saja. Bagi  warga di kampung kami yang jaraknya ratusan kilometer dari Jakarta pun cukup menyita perhatian . Bisa jadi salah satu faktornya karena memang disiarkan beberapa stasiun televisi swasta. Dan mungkin juga daya tariknya ditambah dengan seorang Ahok yang selama ini jadi bahan pergunjingan.

Sebagaimana suasana di warung kopi langganan kami, hingar-bingarnya bak sedang menonton pertandingan dua kesebelasan sepak bola. Hanya saja mengingat kandidat yang berdebat ada tiga pasang, maka tak heran di antara penonton pun terdapat tiga kelompok yang saling menjagokan kandidat yang dianggapnya berkenan di hati mereka. Tetapi, entah memang dukungan itu muncul dari hatinya yang paling dalam, atawa entah karena faktor taqlid alias ikut-ikutan kemana ramainya suara publik, atawa bisa jadi pula karena tersihir oleh penampilan maupun tutur kata sang kandidat. Entahlah. Yang jelas  lumayan ramai, sehingga membuat anak balita pemilik warung kopi sering terganggu tidurnya, dan membuat ibunya jadi kerepotan sendiri.

“Tuh, calon nomer satu, masih muda, cerdas lagi orangnya. Tidak salah lagi kalau itu mah karena anaknya Pak SBY. Orang Jakarta bukan kudulagi memilih AHY, tapi wajib hukumnya kalau mereka mau mendapat BLT (Bantuan Langsung Tunai),” teriak Mang Kosim, buruh tani serabutan, sambil mengedarkan tatapannya kepada khalayak yang ada di warung kopi itu.

“Ya, iyalah. Karena kamu punya kartu  orang miskin. Tapi ngomong-ngomong bukankah sekarangpun kamu dapat kartu PKH (Program Keluarga Harapan) juga? Itu artinya kamu dapat bantuan dari negara tidak hanya jamannya SBY saja, melainkan sekarangpun di saat Jokowi yang tidak kamu pilih saat Pilpres lalu itu masih tetap diberi bantuan. Hanya namanya saja jadi berubah. Dasar!” Kang Udin seakan membantah celetukan buruh tani serabutan itu.

“Tapi pokoknya aku tetap dukung AHY, ” kata Mang Kosim sambil menyeruput kopinya.

“Heh, mendingan Ahok yang sudah jelas kerjanya,” kata Jang Baim dari pojok.

“Kalau saya mah sepertinya mendingan dukung Anies saja ah...” kata Abah Encu yang sejak tadi begitu asyik matanya tertuju ke layar kaca di depannya.

“Terserahlah. Mau dukung AHY, mau dukung Ahok, maupun akan dukung Anies juga. Hanya tetap saja kamu tidak bakal bisa memilihnya...”

Beuh, mengapa tidak bisa?” Mang Kosim mengkerutkan dahinya.

“Ya, karena kita-kita ini bukan warga Jakarta koq,” sahut Kang Udin sambil tergelak melihat tingkah Mang Kosim yang seperti kebingungan itu. “Kita ini warga Jawa Barat. Dan kita sekarang ini hanyalah sebagai penonton belaka.”

“O, iya yah!” ***

Serial Obrolan di Warung Kopi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline