[caption caption="Saat FH adu mulut dengan penyidik KPK (Foto: Kompas.com)"][/caption]Nama wakil ketua DPR dari fraksi PKS, Fahri Hamzah kembali jadi ‘buah bibir’ jagat pemberitaan media. Bukan, bukan karena prestasi atawa gagasan hebat yang membuat namanya menjadi perbincangan, melainkan karena sikap dan ucapannya yang dianggap tidak sesuai dengan kedudukannya sebagai anggota Dewan yang terhormat.
Kehebohan politikus partai dakwah kali ini, lantaran yang bersangkutan telah adu mulut dengan penyidik KPK yang sedang melakukan penggeladahan terkait kasus suap Damayanti Wisnu Putranti.
Fachri tidak terima penyidik turut membawa empat anggota Brimob bersenjata laras panjang saat menggeledah ruang kerja tiga anggota DPR, di Gedung Nusantara II Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (16/1/2016).
Menyimak perdebatan antara FH dengan penyidik KPK, yang disebut media bernama Christian, sepertinya benar sebagaimana yang pernah dikatakan FH sendiri dalam suatu wawancara di sebuah stasiun televisi, bahwa anggota Dewan rada-rada blo’on memang. Atawa kalau dengan kata yang rada sopan, boleh dibilang kurang pintar.
Betapa tidak, penyidik KPK menjelaskan, pihaknya dikawal anggota Brimob karena telah sesuai dengan prosedur. Bahkan hal itu pun sudah diatur di dalam KUHAP. Sementara FH malah berkata: "Jangan Anda petantang-petenteng pakai pakaian segala macam." Jelas sekali Jaka Sembung bawa golok, alias gak nyambung koq.
Memang sikap maupun ucapan anggota Dewan yang satu ini, selama ini seringkali memunculkan kontroversi. Sehingga publik pun banyak yang kegerahan, dan tak sedikit yang mengecam, serta melemparkan hujatan. Tidak hanya terhadap yang bersangkutan, PKS pun ikut kena getahnya. Karena bagaimanapun FH bisa duduk di kursi wakil ketua DPR sekarang ini, tak lain karena berkat PKS juga yang punya perahunya.
Ya, mbok namanya juga berasal dari partai dakwah, mestinya paling tidak etika dan moral agama dikedepankan. Apalagi tatkala sedang berdinas di Senayan, sebelum menyebut namanya, selalu didahului dengan panggilan Yang Mulia, bukan. Sementara FH ini malah terkesan sebagai manusia tak bermoral, egois, dan tak memiliki hati sama sekali. Dalam kasus adu mulut tersebut, sepertinya selain karena blo’on, juga FH maunya dihormati orang lain, sedangkan terhadap orang lain dia justru menganggap rendah. Bisanya hanya sebatas mencela saja.
Sebagaimana yang pernah dilakukannya terhadap Presiden Jokowi, saat mengritisi kebijakan Jokowi terkait pengurangan subsidi BBM, FH mengatakan, "Katanya ada revolusi mental. Coba bikin sesuatu hebat dong. Kalau cuma cabut subsidi itu mah bukan revolusi mental," katanya di Gedung DPR, Jakarta (01/09/2014). "Langkah bodoh itu cabut subsidi untuk rakyat. Dikira ada ilmu, ternyata nggak ada ilmu," tambahnya. Dan komentar tersebut cukup sampai di situ saja. Tidak ada solusi sama sekali.
Bukan hanya kata bodoh saja yang pernah dikatakannya terhadap Presiden Jokowi. Ketika Joko Widodo berjanji akan menjadikan tanggal 1 Muharam sebagai Hari Santri, maka oleh FH disebutnya sebagai sesuatu yangak masuk tak akal. "Jokowi janji 1 Muharam hari Santri. Demi dia terpilih, 360 hari akan dijanjikan ke semua orang. Sinting!" kicaunya.
Tapi saat Presiden PKS ditangkap KPK karena kasus suap impor daging sapi, dengan lantang FH meminta KPK dibubarkan. Maka tak ayal lagi publik pun menganggap FH sebagai salah seorang anggota Dewan yang ingin melanggengkan terjadinya praktik korupsi di negeri ini.