Lihat ke Halaman Asli

Adjat R. Sudradjat

TERVERIFIKASI

Panggil saya Kang Adjat saja

Agar Segera Dapat Jodoh, Perempuan Itu Rela Berendam Sepanjang Malam

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

MALAM mulai menebarkan selimutnya yang kelam. Angin kemarau yang bertiup kencang, seakan selaksa anak panah beracun yang  menusuk dan menggigit kulit. Dan perempuan muda itu sepertinya tak memperdulikannya. Dia membiarkan sekujur tubuhnya berendam dalam kolam pada mata air di tepi tebing yang menjulang itu. Sejak tadi magrib, hingga sekarang sudah sekitar empat jam perempuan itu berendam. Bahkan dia sekan menikmatinya. Entah mengapa. Yang jelas karena perempuan itu memang memiliki keinginan yang kuat. Dan untuk mewujudkan keinginan itu, dia harus memenuhi syarat yang harus dilakoninya. Sebagaimana petunjuk orang pintar yang yang dimintai tolong oleh perempuan itu.

Sebagai seorang perempuan desa seusianya, semestinya perempuan itu sudah menggendong anak. Atau paling tidak sudah melakukan kewajiban sebagai seorang istri untuk melayani suaminya. Tapi nasib berkata lain. Perempuan itu seakan begitu sulit untuk mendapatkan jodoh. Dan di usianya yang ke-25, dia masih tetap sorangan wae, alias masih seorang diri saja. Padahal kurang apa lagi perempuan itu. Meskipun tidak secantik Dian Sastro, tapi untuk ukuran gadis desa perempuan itu cukup menarik juga. Selain itu di kampungnya, orang tua perempuan itu termasuk keluarga kaya. Ayahnya dikenal sebagai juragan singkong yang biasa dijualnya ke pabrik penggilingan tepung tapioka milik Babah Liem. Mestinya, ya mestinya jodoh perempuan muda itu tidak sesulit yang dialaminya seperti sekarang ini. Bukankah di kampungnya pun banyak pemuda yang sepadan.

Tapi mungkin juga jomblonya perempuan itu disebabkan karena terlalu banyak memilih juga. Sejak remaja, perempuan muda itu ingin memiliki seorang suami yang memenuhi syarat tertentu. Di antaranya calon suaminya itu haruslah ganteng, kaya, dan berpendidikan tinggi. Hal itu telah terpatri di dalam hatinya. Setelah dua tahun dia mengaji di sebuah pondok pesantren. Dan selama tinggal di pesantren dia banyak bergaul dengan teman-temannya yang selain mengaji, juga bersekolah atau kuliah. Dalam kesehariannya, disela-sela rehat dari kegiatan mengaji, sebagaimana biasa, perempuan itu ngobrol banyak hal dengan teman-temannya. Termasuk membicarakan pria idaman masing-masing. Maka perempuan muda itupun ikut-ikutan temannya, kalau kelak memiliki suami haruslah yang demikian itu.

Di tengah asyik-asyiknya anak perempuan itu berinteraksi dengan teman-temannya di pondok pesantren, kedua orang tuanya justru berpikir lain. Usia anaknya sudah memasuki sat untuk mendapat jodoh. Sebagaimana biasanya di kampungnya. Maka oleh orang tuanya anak perempuan itupun diminta untuk pulang. Meskipun dia mengaji baru beberapa kitab saja pun. Di antaranya kitab Sapinah, Tijan, dan kitab Alfiah. Apa boleh buat. Sebagai anak semata wayang, dan perempuan lagi, dia pun menuruti permintaan orang tuanya.

Namun begitulah. Di kampungnya mana ada pemuda yang dapat memenuhi syarat sebagaimana yang diimpikan perempuan muda itu. Paling banter pemuda di kampungnya hanya berpendidikan SLTA. Sehingga jodohnyapun sampai usianya menginjak 25 tahun belum juga ditemukan.

Di tengah penantian yang tak kunjung datang,  muncul saran dari seorang keluarganya. Perempuan muda itu disuruhnya untuk mendatangi orang pintar. Dan di saat perempuan muda memohon bantuannya, orang pintar itu menyuruhnya untuk berendam di kolam mata air di kaki gunung itu. Konon hal itu merupakan ketentuan, kalau ingin jodohnya segera datang.

Hebat juga perempuan muda itu memang. Demi sebuah keinginan, persyaratan yang di luar nalar pun dia lakukan. Dan terwujud tidaknya keinginan perempuan itu, wallahu ‘alam. Karena bagaimana pun apa hubungannya jodoh dengan berendam di kolam yang berair dingin, dan sepanjang malam lagi?

Ada-ada saja memang. ***

Cigupit, 2012/07/14

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline