Menjelang akhir jabatan yang tinggal sekitar satu tahun lagi, SBY telah menorehkan rasa kecewa di hati seluruh bangsa Indonesia. Memberi grasi kepada narapidana kasus narkoba, dinilai sebagai sebuah tindakan yang tidak layak dilakukan. Bagaimanapun narkoba merupakan musuh kita semua, sebagaimana yang sering dikatakannya.
Narkoba selama ini sedang gencar diperangi. Karena narkoba merupakan kejahatan luar biasa, atau sering disebut extraordinary crime. Yang akan menghancurkan negeri ini. Lalu tiba-tiba SBY bertindak yang tampaknya melawan arus, apakah ini bukan sikap yang mestinya dinamakan kebablasan? Melukai hati dan rasa kebangsaan?
Meskipun melalui MenhukHAM Amir Syarifudin dikatakan, grasi itu sebagai bentuk diplomasi untuk mencairkan hati pemerintah Australia, agar membebaskan WNI yang ditahan di sana, tapi tetap saja hal itu dianggap tidak sepadan. Kurang berimbang. Lagi pula apakah dari Australia sendiri sudah ada sinyal untuk membebaskan WNI yang ditahan akibat menyelundupkan imigran gelap itu?
Sedangkan para TKI yang sedang menunggu vonis hukuman mati, dengan kesalahan yang belum jelas, hanya satu dua orang saja yang diperhatikan. Itupun karena setelah mendapat desakan ramai-ramai dari masyarakat. Sungguh ironis memang. Padahal selama ini para TKI mendapat julukan sebagai Pahlawan Devisa, yang telah banyak berupaya meringankan beban Negara. Tapi sekalinya mereka mendapat masalah, mana perhatian pemerintah?
Walau bagaimanapun pemerintah banyak berkilah dalam masalah TKI ini, banyak dari TKI yang telah memberikan kesaksian. Dan testimoni mereka tentang BNP2TKI, Diplomat di luar negeri, termasuk jajaran Kemenlu sendiri, ternyata dalam pekerjaannya asal-asalan saja. Dan tak pelak lagi, kalau banyak TKI yang dihukum mati. Atau paling tidak, mendapat penganiayaan dari majikannya yang tak berperi-kemanusiaan.
Sehingga betul apa yang diungkapkan, kalau para pembantu SBY adalah orang-orang yang hanya Asal Bapak Senang. Sementara SBY sendiri, semua masukan itu tampaknya langsung ditelan saja. Termasuk pemberian grasi kepada Ratu Narkoba, Schapelle Leigh Corby.
Hingga sekarang, kita pun bertanya-tanya. Apa maksud sebenarnya SBY memberikan grasi kepada Corby? Takutkah dia terhadap ancaman Australia? Terlalu naïf kalau kita punya rasa takut terhadap tetangga yang satu ini. Karena bagaimanapun tidak ada istimewanya sama sekali. Malahan selama ini Australia sering bikin susah saja. Siapa sih yang mengompori Timor Leste agar berpisah lagi? Siapa yang mendiskreditkan para peternak sapi di Indonesia sebagai orang yang tidak berperi-kemanusiaan? Siapa lagi kalu bukan tetangga dari sebelah selatan itu bukan?
Atau jangan-jangan sindikat narkoba sendiri sudah masuk ke istana?
Masya Allah… Sebuah catatan hitam tentang seorang presiden yang toleran kepada narkoba, kelak akan dibaca anak-cucu kita. ***
Cigupit, 2012/05/27
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H