MENYAKSIKAN Breaking News TV One dan Metro TV hari ini, seakan tak ada kabar lain lagi selain berkutat di seputar unjuk rasa penolakan kenaikan harga BBM, dan sidang paripurna anggota Dewan di Senayan. Dan akupun hanya mampu bergumam, “Menyebalkan!”
Kedua stasiun televisi swasta yang mengklaim dirinya sebagai stasiun televisi nasional, dan selalu menyajikan berita aktual dan berimbang, dalam kenyataannya justru dengan pemberitaan-pemberitaannya itu tak lepas dari opini pribadi dan lebih bersifat provokatif. Bahkan sama sekali tidak pernah ditemukan sesuatu yang mengusung rasa nasionalisme di dalamnya, atau paling tidak membuat pemirsa menemukan sesuatu yang mampu membuat sedikit rasa tenang di tengah kegalauan dan hiruk-pikuk yang terus menerus disajikan, yang semakin membuat jantung berdegup kencang.
Demikian juga dengan aksi unjuk rasa yang dilakukan para mahasiswa dan elemen masyarakat lainnya, selain sudah melampui batas-batas etika kesopanan, dan justru cenderung mengedepankan anarkisme yang mengganggu dan merusak tatanan kepentingan masyarakat banyak, maka jangankan mengundang simpati, yang ditemui malahan sikap antipati dan caci-maki. Padahal katanya mereka yang melakukan aksi unjuk rasa itu sebagai calon intelektual, atau negarawan di masa depan. Sedangkan kenyataannya sungguh memprihatinkan. Akan bagaimana jadinya nanti negeri ini, kalau sekarang saja kondisinya sudah sedemikian parah.
Berunjuk rasa hak setiap orang memang. Tapi kalau sampai mengganggu ketertiban umum, dan sampai merusak sarana masyarakat, dengan niat memaksakan kehendak, kesannya memang keterlaluan. Apa tidak ada cara lain yang lebih elegan dan sopan?
Yang menggelikan dan sekaligus menyebalkan, adalah suasana sidang paripurna anggota dewan di Senayan yang sedang membahas RUU Perubahan UndangUndang nomor 22 Tahun 2011 tentang APBN 2012. Seluruh partai politik yang sejak awal berkoalisi dengan partai Demokrat, tampaknya seperti memakai topeng-topeng bopeng yang setiap saat terus berubah warna, dan member kesan ibarat Prabu Rahwana, yang dikenal juga dengan nama Dasamuka dalam cerita wayang Ramayana.
Coba saja perhatikan Partai Golkar, PKS, dan PKB yang menolak kenaikan harga BBM, tapi ketiganya member kesempatan kepada pemerintah untuk menaikan harga BBMdengan penambahan ayat dalam RUU yang sedang dibahasnya itu. Sehingga kita mempunyai kesimpulan, bahwa ketiga partai politik itu sedang bermain-main dengan topeng yang bermuka dua. Di depan masyarakat mereka menyatakan menolak, tapi juga memberi ruang kesempatan kepada pemerintah untuk menaikan harga BBM yang sedang dipermasalahkan.
Sehingga dengan keadaan seperti ini, kita jangan berharap penolakan kenaikan harga BBM akan dikabulkan, atau paling tidak ditunda sementara. Karena sandiwara di paripurna pun tokh kita semua sudah bisa menebak bagaimana ending-nya.
Cigupit, 2012/03/30
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI