Lihat ke Halaman Asli

Adjat R. Sudradjat

TERVERIFIKASI

Panggil saya Kang Adjat saja

Ical Sepertinya Memang Bukan Seorang Negarawan

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

MENYIMAK berita hari ini, sebagaimana dilansir kompas.com, bahwa Aburizal Bakrie Pernah Minta BBM Naik Lebih dari Rp 1.500,  kemudian saat melihat tayangan berita liputan rapat paripurna DPR di TV One yang menyiarkan pernyataan Fraksi Partai Golkar  yang disampaikan Idrus Marham,  dan tak lama kemudian say abaca di running text bahwa Ical tidak pernah membuat pernyataan seperti itu, saya langsung  berkesimpulan, sikap Partai berlambang Pohon Beringin ini mengambang memang, dan Ical memang bukan seorang negarawan. Bahkan sepertinya tidak pantas dicalonkan sebagai Presiden mendatang.

Betapa tidak. Sedikitpun Ical tidak tersentuh nuraninya dengan jeritan rakyat kecil manakala harga BBM naik. Atau paling tidak Ical memberikan solusi, bagaimana melepaskan diri dari kesulitan yang akan dihadapi. Terlepas dari posisi Partai Golkar yang saat ini merupakan  koalisi  Partai Demokrat sekalipun.  Ditambah lagi dengan pernyataan resmi fraksinya dalam rapat paripurna barusan, terkesan  jauh sama sekali dari sikap kedekatannya terhadap rakyat banyak.

Ical lebih cocok sebagai pengusaha memang, yang selalu sibuk menumpuk harta demi warisan tujuh turunan.  Jauh berbeda dengan JK (Jusuf Kalla) pendahulunya. Meskipun sama sebagai pengusaha, tapi JK selalu bersikap arif bijaksana. Hal ini mungkin terkait dengan latar belakang kehidupan mereka.

Ical ketika masih duduk di bangku kuliah tidak terdengar aktif dalam organisasi pergerakan mahasiswa, seperti HMI, dan sebagainya. Malah selepas kuliah dia langsung terjun dalam dunia usaha, untuk mengembangkan perusahaan keluarga.  Begitu juga Ical yang telah jadi pengusaha, hanya aktif dalam organisasi diseputar lingkungan pengusaha. Seperti HIPMI dan Kadin saja. Setelah sukses membangun kerajaan bisnisnya, barulah Ical bergabung dengan Partai Golkar. Tapi tidak menutup kemungkinan dalam berpolitik pun Ical hanya untuk  mencari kemudahan dalam mengembangkan usahanya. Mungkin kita ingat dengan kasus Lapindo yang berkepanjangan hingga saat ini, dan entah sampai kapan akan dituntaskan.

Sementara JK, walaupun keturunan pengusaha sukses, dan JK sendiri  juga sebagai pengusaha yang termasuk kaya-raya, memang pantas kalau mendapat gelar sebagai seorang negarawan. Sejak masih pelajar, dan selama duduk di bangku kuliah, JK terus aktif dalam organisasi pergerakan. Sehingga kecerdasan dan nuraninya dapat dipadukan.

Berdasarkan sejarah, seorang negarawan memang ditempa sejak masa mudanya di dalam organisasi pergerakan. JK aktif mulai di dalam organisasi PII (Pelajar Islam Indonesia), HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), hingga sebagai  Ketua Presidium Dewan mahasiswa Universitas Hasanudin. Maka ketika terjun ke dunia politik, meskipun menyandang status sebagai pengusaha, JK tetap bersikap arif dan bijaksana, atau bilamana perlu JK pun bisa bersikap tegas – tanpa ada kompromi, sebagaimana terakhir saat memutuskan koalisinya dengan Partai Demokrat beberapa waktu lalu.

Sehingga alangkah tidak pantasnya kalau kelak di 2014 mendatang Ical digadang-gadang sebagai calon dari Partai Golkar, karena rakyat sudah tahu dan merasakannya sikap beliau selama ini, sehingga hasilnya hanya akan membuat Ical sebagai kandidat yang dipermalukan, alias dikalahkan oleh kandidat lain yang lebih mumpuni, dan pantas dijuluki sebagai negarawan. Bukan sebagai pengusaha yang senantiasa sibuk dengan terus-menerus menumpuk harta kekayaan demi keturunannya sendiri.

Wallahu 'alam.

Cigupit, 2012/03/29




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline