Belakangan ini di kampung saya dibuat heboh oleh foto telanjang – sungguh, tanpa selembar benang pun yang menempel di tubuh, seorang ABG perempuan di beranda facebook miliknya. Foto selfie, atawa yang dijepret sendiri, dan terkesan narsis itu diunggah sekitar 17 Desember 2013 lalu.
Sudah tentu bagi kaum pria yang memiliki libido tinggi, bila melihatnya akan mengundang rangsang. Sementara bagi para orang tua, hal seperti itu tentu saja mengundang kekhawatiran, dibarengi dengan perasaan miris yang tak terperi.
Sepertinya karena pengaruh budaya global juga ABG itu bersikap kebablasan, sementara orang tua yang dekat dengan dirinya, kemungkinan besar kurang kontrol terhadap sikap dan perilaku anaknya itu.
Selidik punya selidik, menurut informasi yang dapat dipercaya, konon foto selfie itu diunggah ke jejaring sosial oleh mantan pacar Si ABG itu sendiri. Pasalnya ABG tersebut, dengan nama inisial SAR, setelah putus hubungan dengan kekasihnya yang meng-upload fotonya, dikabarkan telah menjalin hubungan dengan pemuda lain. Bahkan konon tak lama lagi keduanya akan melangsungkan pernikahan.
Akan tetapi, terlepas dari kena bully mantan kekasihnya maupun bukan, di mata masyarakat tetap saja mengundang tanggapan negatif. Buktinya setelah melihat foto selfie di akun facebook SAR, pemuda itu pun langsung memutuskan ikatan tali kasihnya.
Sehingga ahirnya SAR merana dibuatnya. Sudah diputuskan cinta-kasihnya, oleh warga sekitar pun dirinya seperti merasa dikucilkan pula.
Apa boleh buat. Meskipun tidak langsung, hukuman masyarakat, meskipun mungkin hanya berupa gunjingan dan lirikan mata sinis, dirasakan SAR dan keluarganya begitu berat.
Oleh karena itu, alangkah baiknya dalam hidup bermasyarakat, juga bersosialisasi di jejaring sosial, apalagi di dalam hubungan pribadi, masing-masing pihak, terutama kaum perempuan yang acapkali menjadi korban, mestinya mampu menahan diri, dan tetap menjunjung tinggi norma dan etika.
Karena jika sudah kebablasan seperti SAR tersebut, yang rugi toh diri sendiri. Tapi hal itu bukan berarti nasib SAR tidak dapat diubah. Kalau saja SAR masih memiliki niat yang kuat, untuk menjadi gadis baik-baik tentu saja, pintunya masih tetap terbuka.
Sungguh. Jika dibandingkan dengan seorang PSK yang jelas-jelas sudah tercebur ke lembah hitam, kalau suatu ketika dirinya berniat untuk bertobat, Tuhan akan tetap mengampuninya. Sedangkan SAR, hanya sekedar mepertontonkan foto selfie telanjang di jejaring sosial, bila dirinya ingin membersihkan dirinya, mengapa tidak memberikan klarifikasi. Coba jelaskan kepada khalayak dibarengi dengan permintaan maaf. Dan tidak sesekali untuk mengulanginya lagi.
begitu juga kiranya peran orang tua SAR sangat besar artinya, untuk membantu memulihkan mental anak gadisnya yang memang sedang down, tentu saja. Janganlah ayah maupun ibunya ikut-ikutan menghukum SAR. Lebih baik menyadari bila hal itu terjadi menimpa anak sendiri, tidak menutup kemungkinan karena kelemahan orang tua juga di dalam mengawasi anak sendiri.
Semoga. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H