Lihat ke Halaman Asli

Adjat R. Sudradjat

TERVERIFIKASI

Panggil saya Kang Adjat saja

ARB Mencla-mencle, KMP Pun Jadi Memble

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sikap Ketua Umum Partai Golkar versi Munas Bali, Aburizal Bakrie, yang sebelumnya begitu lantang menentang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Pemilukada langsung, dan tetap mempertahankan Pemilukada oleh DPRD, ternyata sekarang ini berubah total. ARB berbalik dengan ikut mendukung diberlakukannya Perpu tersebut. Sehingga di mata publik pun sikap ARB dipandang mencla-mencle, alias inkonsisten, tak ubahnya layangan putus yang terbang hanya mengikuti arah angin saja laiknya.

Maka tak pelak lagi kubu koalisi merah putih (KMP) yang dimotori ketua dewan pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto, yang semula begitu pede (percaya diri) mempetahankan pemilukada oleh DPRD sesuai Undang-Undang, bisa jadi berubah memble, alias tak berkutik lagi. Karena sikap parpol anggota KMP yang lainpun seperti PPP, PAN, dan Demokrat, satu persatu sudah berbalik arah, mereka berbondong-bondong melakukan eksodus, kembali mendukung Perpu. Berarti yang masih belum bergeming tinggal PKS dengan Gerindra saja.

Tapi bisa jadi dalam hal ini ada juga yang merasa lebih kecewa. Mereka adalah para kader dari daerah, ketua DPD 1 dan DPD 2 yang menggoalkan ARB sebagai ketua umum untuk kedua kalinya di Munas Bali. Konon ketika itu mereka dijanjikan untuk mencalonkan Kepala Daerah (Gubernur, Bupati/Walikota) melalui pemilukada oleh DPRD, karena sikap ARB yang saat itu tetap menentang Perpu disahkan. Apa boleh buat, mereka pun pada ahirnya kecele, terpaksa gigit jari, dan kecewa berat – tentu saja.

Hal itu tak lain dari manuver Ketum partai Demokrat, Soesilo Bambang Yudhoyono, yang dianggap publik sebagai “biang” pangkal munculnya permasalahan ini, setelah mengesahkan Undang-Undang yang dianggap kontroversial, dan langsung mendapat kecaman berbagai kalangan, kemudian SBY pun berubah pikiran dengan menerbitkan Perpu terkait hal pemilukada yang pelaksanaannya kembali ke asal.

Disebabkan sikap partai Gokar versi Ical juga yang semula diharapkan akan ikut mendukung berlakunya Perpu, tapi dalam perjalanan selanjutnya ARB justru dengan terang-terangan menentangnya, maka SBY pun, bisa jadi demi gengsi dan citranya di mata rakyat, untuk menggoalkan Perpu itupun ahirnya merapat ke kubu KIH (Koalisi Indonesia Hebat), parpol pendukung pemerintah.

Sebagaimana disebutkan di atas, manuver SBY yang diikuti partai pimpinan sang besan (Hatta Rajasa Ketum PAN), PPP, ahirnya membuat partai Golkar kubu Ical celingukan, kekuatan KMP dirasakan bakalan tumbang karena rekan koalisinya banyak yang berubah haluan. Apalagi belakangan ini kisruh di internal yang berkepanjangan, sehingga sampai dibentuk dua kepengurusan, kemungkinan besar Ical pun sadar diri, kesolidan KMP yang semual disangka akan permanen, pada ahirnya  ternyata tetap saja temporer, alias tergantung mana yang akan lebih membuat untung.

Akan tetapi kalau tidak demikian bukan politik namanya. Dalam politik kekuasaan merupakan tujuan yang paling diutamakan. Namun bila hal itu dipandang dari etika, rasa-rasanya sungguh memalukan dengan sikap ketum Golkar yang satu ini. Apalagi namanya kalau tidak disebut sebagai orang yang tidak memiliki sikap dan pendirian. ***




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline