Lihat ke Halaman Asli

Korupsi Kolektif dan Pengamalan Gotong Royong

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Korupsi, sebuah tindakan kriminal yang kini sedang hangat dibicarakan oleh banyak kalangan, dari yang paling ahli sampai anak kecil yang bahkan belum begitu mengerti apa itu korupsi. Siang ini, seorang teman saya menghidupkan televisi dan tepat saat itu, sedang memberitakan kekacauan birokrasi di Indonesia karena korupsi. Teman saya terlihat tidak menyukai acara tersebut seraya berkata;

"Gue lebih baik nonton animal channel daripada acara ini, isinya sih manusia semua, tapi tindakan dan moralnya jauh dibawah animal".

Dari sederetan kata-kata diatas, sebenarnya tidak ada yang spesial, namun jika dipandang lebih luas jangkauannya, mungkin hampir seluruh rakyat Indonesia berfikir demikian. Terlepas dari kekacauan yang terjadi karena penyakit korupsi, mungkin memprihatinkan jika pendapat ini kemudian menjadi opini publik, sehingga kepedulian masyarakat terhadap isu-isu demikian terkikis. Artinya, semakin mudah untuk "tikus" masyarakat membuat lubang baru dari kantung-kantung keuangan negara.

Sekarang kita bergerak ke dimensi lain, kalau korupsi merupakan perbuatan menyimpang dari kondisi 'normal', karena keuntungan hanya dinikmati oleh segelintir orang, dan kerugian dirasakan oleh khalayak ramai, jika keadaan ini kita balik. Jika perbuatan korupsi dilakukan oleh mayoritas orang di Indonesia, dimana hanya segelintir orang yang tidak melakukan korupsi, maka terlihat yang menyimpang dari keadaan 'normal' adalah mereka yang tidak korupsi. Singkatnya, keuntungan akan dirasakan oleh mayoritas, dan tidak dapat disebut kerugian, karena setiap orang korupsi, yang membedakan hanyalah porsi keuntungan yang didapatkan, as simple as that!.

Gotong Royong adalah nilai yang sejak lama diperkenalkan di Indonesia, bahkan 'katanya' menjadi nilai luhur bangsa, saling membantu dan tenggang rasa. Kalau gotong royong disalahartikan, misalnya gotong royong dalam korupsi, mungkin kalau keadaannya sudah terbalik seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, mungkin kegiatan korupsi secara kolektif ini akan 'asik' jika dilandasi gotong royong, jadi benar-benar mengamalkan nilai luhur bangsa ini. Korupsi yang dampaknya sistemik sudah menjelaskan sebenarnya orang-orang di Indonesia ini mayoritas sudah menjadi koruptor, yang membedakan hanyalah caranya, kalau boleh diklasifikasikan menjadi 2 kategori yaitu;

1. Direct Corruption

2. Indirect Corruption

Karena yang membedakan adalah cara mendapatkan, maka subjek pelaku korupsi dapat juga diklasifikasikan sbb;

1. Produsen (Pelaku Utama)

2. Distributor (Pelaku Sampingan)

3. Komsumen (Penikmat)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline