Lihat ke Halaman Asli

SEPUTAR INDONESIA

Semua Untuk Indonesia

Memori Sang Senior (Replay)

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13116455851732179283

Mengajak seseorang menjadi seorang pekerja pers alias wartawan kerap terdengar saat berlangsung sebuah perbincangan dalam satu  pokcarita yang dihadirinya,  dimana  saat itu endingnya adalah kisah seorang pekerja pers atau wartawan yang kemudian berlanjut pada kisah dirinya dan kewartawanan yang selanjutnya adalah kisah  hero"nya dan  dirinya serta  pers atau lembaga independen media  adalah peluru dari senjata pamungkasnya.  Tidak sedikit kalimat yang kemudian menjadikan kesenioran alias usia kerjanya menjadi bumbu dalam kesinambungan ceritanya. Dengan tidak habis habisnya mengulas sejarah pekerjaannya mulai awal sampai akhir atau dengan mengupas bagaimana sang senior kemudian maju, mundur, naik,tayang,terbit,membuat,trik,kepiawaiannya mengelola dan mengolah media  sampai akhirnya muncul kalimat Kalau Saja Bukan Saya" ...........        atau          Andaikan Saya Tidak Ada" ......hening, diam dan tidak ada lagi kalimat dari sang senior setelah itu ..........kemudian suara lainnya muncul dan terkesan memberi applaus pada cerita sang senior tadi, dengan menyebutkan bahwa menjadi seorang wartawan memang haruslah seperti itu dan menjadi seorang wartawan sangat enak karena semua pejabat yang ada  kesalahannya kemudian  menjadi takut" dan .................."kalimat ini disambut senyum sumringah sang senior yang  melanjutkan perbincangan dengan kisah Kupas Tuntas Kebohongan dan Keikutsertaannya menguras uang rakyat dari anggaran negara,  tentang sisi gelap sang jurnalis".......................................menurutnya semua yang dilakukannya adalah sebuah hal menarik dan tertoreh sebagai pengalaman yang membuatnya saat ini mapan sebagai seorang pekerja pers. Malah dalam sebuah kalimat yang di lontarkannya kemudian membandingkan dirinya dengan sosok wartawan lain yang dianggapnya sebagai pekerja dan pencari uang bodoh sehingga tekanan kalimat itupun di artikan agar mereka yang mendengar jangan ikuti orang tersebut karena bodoh".   Diakhir kalimatnya kemudian meluncur kembali ajakan untuk bergabung bersamanya menjadi seorang pekerja jurnalis sejati seperti dalam ceritanya bahwa seorang jurnalis sejati adalah dirinya yang mampu menjadikan profesi sebagai pekerjaan yang menghasikan dan mampu menutupi kebutuhan hidupnya....................." panjang kisahnya dan sering diulang ulang dalam setiap kesempatan. Memori itu terpatri menjadi kebanggaan dalam dirinya dan  yang paling menarik karena semua yang mendengarkannya kemudian percaya dan menyebutnya sang wartawan sejati satu satunya yang pernah mereka kenal............(bersambung)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline