Lihat ke Halaman Asli

SEPUTAR INDONESIA

Semua Untuk Indonesia

Berlayar Di Selayar Tahun 2010, Sejarah Hidup Sang Nakhoda

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kilas balik tahun 2010 dalam sebuah rangkaian kata tentulah tidak seberat dari fakta yang telah terlewati.Putaran waktu yang lalu dan terlewatkan, bukanlah sebuah hal yang harus dilupakan namun bukan juga sebuah hal yang harus menjadi tolak ukur dalam menapak tahun 2011 yang masih termasuk dalam masa disiapkannya sebuah pelayaran panjang menuju tahun akhir sang nakhoda dalam tugasnya sebagai pemimpin sebuah bahtera yang selalu menjadi harapan untuk menghidupi sang pemilik.

Setahun berlalu, Nakhoda kapal Selayar terus membawa anjungan menuju ke depan, walaupun badai dan gelombang laut Selayar terus menerjang dari semua arah. Tampak sekali dalam untaian waktu pelayaran tahun ini, bahwa sang Nakhoda harus dan kerap menoleh ke buritan, tidak lain hanya untuk memastikan bahwa kemudi yang mengarahkan kapal terus mengarah ke depan membawa kapal Selayar terusmaju dan terus berada dilaut, agarkapal Selayar yang dipimpinnya dapat terus berlayar,tidak karam dan kandas di gugusan karang, yang tentu akan menguntungkan pemulung bangkai kapal, dan yang terpenting lagi adalah, karena sang Nakhoda sadar bahwa sebesar apapun gelombang dan badai yang menimpa kapalnya, haruslah terus dilaut, karenalaut adalah memang tempat berlayar, menuju pelabuhan kota mandiri penuh harapan.

Tahun 2010 adalah untaian waktu yang menjadi patok sejarah dalam kehidupan sang Nakhoda, walaupun dirinya kemudian sadar bahwa menjadi seorang pemimpin adalah sebuah amanah yang besar dan perlu terjaga.Mengenai amanah, tentu bukan teori yang harus di terjemahkan, akan tetapi sebuah tanggungjawab yang harus dilaksanakan. Dan mengenai perlunya terjaga, Sang Nakhoda menyebut bahwa tiada kekuatan dimuka bumi ini yang sanggup mengalahkan niat dan ketulusan dalam berbuat baik demi agama, demi umatNYA dan demi mempertahankan hidup , sehingga hanya kepada ALLAH SWT, kita terus meminta agar terus menjaga kita dalam amanah yang di emban.

Memang selalu ada suka dan selalu ada duka, kemudian akan silih berganti susah dan senang, keras dan lemah, serta sulit atau mudah, sehingga dalam tautan pertalian waktu ditahun 2010 yang terlewatkan, kerap membutuhkan sebuah pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban. Atau mungkin juga sebuah jawaban kemudian akan muncul sejalan dengan khidmat sebuah permufakatan,tanpa pertanyaan dan soal serta lembar jawaban, akan tetapi dengan niat sang Nakhoda,yang isinya tidak lain demi sebuah pembuktian yang dalam alurnya, tidak perlu semua tahu dan faham. Bahwa ujung alur dari sebuah cerita yang dibawa sang Pemimpin, semuanya demi lajunya anjungan kapal, membelah laut dan gelombang samudera, menuju tahun 2011.

Buritan selalu menjadi tempat untuk membuang semua nelangsa saat kapal telah berlayar meninggalkan pelabuhan. Dan Nakhoda akan tersentak dari jelajah imaginasi dan khayalnya, bila sang penumpang yang mengaku masih keluarga dekat pemilik kapal bertanya, “Mau dibawa kemana kapal Selayar ini ?”….

Sebelum menjawab pertanyaan dari seorang penumpang yang mengaku masih keluarga dekat pemilik kapal, Sang Nakhoda memberi hormat tanda menghargai, Sang Nakhoda mengarahkan wajahnya ke anjungan. Sebuah bahasa tubuh yang tidak pernah ada dalam pelajaran sekolah anak sekarang.

Belum sempat terjemahan dari bahasa tubuhnya meluncur dari bibir sang Nakhoda, tiba tiba sang penumpang yang masih keluarga dengan pemilik kapal, mengeluarkan sebuah kartu yang bertuliskan, Saya adalah seorang ilmuan” . Mengaca pada kartu, dan membaca apa yang tersirat dala arti kalimat Saya Seorang Ilmuan, Sang Nakhoda kembali memberi hormat dengan bahasa anggukan.

Mereka berpisah saat komunikasi tidak terjalin. Rontakan dari dalam hati sang penumpang terus membuat keraguan atas kemampuan Sang Nakhoda. Berbanding terbalik dengan Sang nakhoda, yang puas telah menjawab pertanyaan dengan bahasa tubuh dalam artian akan membawa kapal ini ke arah depan dengan mengarahkan wajahnya ke arah anjungan dan memberikan hormat juga dengan bahasa tubuh anggukan dalam artikulasi tulus bahwa sang nakhoda telah menganggukkan kepala pertanda sebuah rasa hormat atas apa yang dibacanya.

Bila hati dan niat telah satu dalam sebuah perkataan dan perbuatan, maka pengalaman dan jalur hidup akan sangat berpeluang mengalahkan sebuah formalitas dan keharusan dalam pembelajaran dari sebuah garis yang sangat jauh lebih cepat memahami kebutuhan bila kata dan kalimat serta bahsayang dimiliki terpatri dalam insting dan otodidak telah menjadi kata kuncinya. Niscaya perjuangan mempertahankan hidup, bukanlah sebuah teori semata, namun sangat membutuhkan tautan perasaan dan jiwa serta naluri menjadi seorang yang bisa berbagi dan ahli menjadi seorang bawahan.

Sang Nakhoda terus memandang anjungan dan melirik buritan. Sebuah titian yang menyelamatkannya saat menaiki kapal turut dibawa dalam pelayaran. Hati dan Niatnya sangat tulus, bila kemudian titian kelak akan bisa dimanfaatkan. Kata hati memang berat namun amanah terus dijalankan demi tanggungjawab dan kepercayaan.

Bila anjungan terus membelah gelombang menujuke depan, mustahil buritan akan menuju ke belakang.Anjungan dan buritan adalah 2 sisi yang tidak akan pernah sejajar menuju ke depan, namun selalu bersama menuju kedepan.

Yang lalu biarkan berlalu, semua yang telah kita lalui tentu akan menjadi kenangan. Beribu suka maupun duka, tertoreh dalam hidup. Yang baik mari kita ulangi, yang bermanfaat mari kita pertahankan. Yang belum selesai mari kita selesaikan dan yang rusak serta salah mari kita perbaiki dan benarkan.

Tiada kata terindah dalam hidup, bila hormat menghormati menjadi yang utama dalam kebersamaan.

Besar harapan kami, semoga Sang Nakhoda terus membawa kapal Selayar melaju ke depan, walaupun badai dan gelombang terus menerjang, kami yakin, percaya dan sependapat bahwa bila badai dan gelombang adalah pertanda lautan, yang menjadi tempat dan jalur untuk berlayar dan melayarkan Selayar maju terus menuju ke depan.

Semoga Allah Swt, memberikan kesehatan dan kekuatan kepada pemimpin kami dalam membangun kabupaten kepulauan selayar menuju arah masa depan yang mapan dan mandiri.

Lolo;31 Desember 2010.

Selamat Tahun Baru 2011

Mari Berjuang, Teruslah Hidup Dijalan Allah.SWT.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline