Lihat ke Halaman Asli

Kerja dan Rasa Berdaya

Diperbarui: 11 Juni 2024   19:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

KERJA  DAN RASA BERDAYA

Masalah utama banyak dari kita saat ini sepertinya "ketersediaan dan keamanan kerja". Yang telah bekerja waswas kalau terjadi pemutusan hubungan kerja atau tidak dapat berlanjut kontraknya.

Sementara itu, jangankan menemukan pekerjaan yang sesuai cita-cita, yang belum mendapat pekerjaan merasa kepayahan mencari sumber penghasilan sekadar memenuhi kebutuhan dasar.

"Fresh graduate" yang kecewa

Demikian surat Miss X di S: "Bu, saya salah satu lulusan terbaik jenjang S-1 dari jurusan yang difavoritkan di sebuah universitas terkemuka di negeri ini. Sekarang hampir memasuki bulan keenam dari hari wisuda, saya belum juga mendapat pekerjaan yang saya impikan; bekerja di bidang pekerjaan yang saya minati dan cukup saya kuasai, di tempat kerja yang punya reputasi baik di masyarakat, dan tentunya mendapat "penghargaan" (termasuk remunerasi) yang baik pula.

Dalam kurun waktu enam bulan ini saya bukannya tidak diterima sama sekali oleh para employer. Tetapi, ada saja faktor yang kurang sesuai dengan harapan saya yang menyebabkan saya hengkang, seperti bidang yang saya kerjakan tidak sesuai dengan hati nurani atau lokasi kerja terlalu jauh, beban kerja banyak, sedangkan gaji yang saya terima hanya mampu menalangi biaya transport dan makan.

Akhirnya satu tempat kerja menyatakan saya diterima. Alangkah terkejutnya saya karena gaji yang mereka tawarkan sangat minim (di bawah UMP) dengan 6 hari kerja seminggu, 8 jam sehari, dan pekerjaan meluas ke bidang yang bukan bagian saya.

Terus terang saya sangat kecewa. Susah payah saya berusaha agar diterima di universitas itu, kemudian berusaha lulus dengan baik dari sana, tetapi setelah bekerja, employer "hanya" menghargai saya di bawah UMP?!

Sebagai catatan, line of business yang mereka geluti bukan bidang karier yang saya impikan. Orangtua meminta saya menerima tawaran itu sambil menunggu tawaran pekerjaan lain yang lebih saya minati.

Namun, saya memikirkan tanggung jawab moral jika nantinya harus meninggalkan pekerjaan selama beberapa waktu untuk tes di tempat lain. Ditambah lagi, saya masih kesal karena "dihargai" begitu rendah oleh mereka.

Walaupun masih muda dan baru lulus, saya ingin memberi sebagian penghasilan saya untuk orangtua, membelikan hadiah untuk orang tersayang, dan menabung untuk masa depan. Sepertinya ketiga hal itu cukup sulit diwujudkan jika penghasilan saya seminim itu. Saya bingung, kecewa, dan tertekan dengan keadaan yang saya alami saat ini."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline