Lihat ke Halaman Asli

Ruang Psikologi

Diperbarui: 9 Juni 2024   17:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Google foto Arsianamariafun62@gmail.com

Ruang psikologi.com
Ruteng,4 Juni 2024
Oleh: Arsiana M. Fun

Mari Bernyanyi di Tengah Penderitaan

1. Teman saya berujar itu mustahil. "Gila, apa?" katanya. Kata saya, tidak mustahil tapi susah setengah mati. Maka, saya masih mengajak Anda mencobanya, terutama buat mereka yang sedang dalam perjalanan di tengah gelapnya situasi, di tengah hati yang hancur lebur. Yang saya maksud susah itu adalah bisa berpikir positif dua hari, kemudian tujuh hari ke depan acakadul lagi. Nanti bangkit lagi, kata teman saya 

"Jaka sembung bawa golok, gak nyambung goblok!"

2. Berdasarkan hasil mengikuti seminar itu, menerima keadaan adalah sebuah sikap yang harus dilakukan di baris pertama. Mau atau tidak mau. 

Kedua, baru mengatasi problem. Kalau problemnya sengaja dibuat oleh kita sendiri, sebaiknya tanggung saja sendiri dan tak perlu  mengeluh .

Yaahh... ingat saja sistem tabur tuai. Misalnya,  memelihara aktivitas merokok. Lama-kelamaan, Anda punya masalah dengan kesehatan, padahal sudah diperingatkan bahayanya rokok, yang ironisnya diingatkan oleh produsen rokoknya sendiri. Nah, kalau seperti itu. Anda dilarang, mengeluh.

Kalau memang bukan gara-gara Anda, ya....sikap meneriama itu juga harus dilaksanakan. Namanya pasrah.Saya mengartikan pasrah itu kita bekerja dengan bala bantuan Sang Khalik yang menciptakan kita, dan bukan hanya  dengan kekuatan kita semata yang begitu terbatasnya.

3. Jiwa yang sehat memang banyak memberi kontribusi sehingga Anda bisa bernyanyi  di tengah kegelap itu.Saya sudah mencobanya. Waktu saya putus cinta,kekeliruan yang saya buat adalah  makan rajin mendengarkan  lagu-lagu putus cinta yang membuat saya semakin nelongso. Melodi yang merengek-rengek dan membuai saya makin tenggelam, justru menjadi pilihan utama. Saya berpikir saya terbantu dengan musik cengeng itu. Ada temannya paling tidak. Kemudian teman saya datang lagi. Dia berteriak Jadi orang itu jangan goblok kelamaan" Kemudian ia menyodori saya lagu-lagu, macam I Will Survive kata-katanya dan melodinya mengentak dan menyemangati. Jadi kesimpulannya, kalau sudah terperosok  jangan menggunakan alat bantu yang makin memerosokkan. "Itulah goblok yang sungguhnya. Goblok yang segoblok-gobloknya," kata teman saya itu lagi. Di samping lagu duniawi, ia juga menyodorkan lagu rohani. "Jadi elo tu ya, dapat bantuannya luar dan dalam. Atas dan bawah." lanjutnya lagi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline