Dalam sebuah usaha, pertama-tama kita harus mengenai mengenai kondisi keuangan usaha dengan cara pembukuan serta menghitungnya dengan tepat. Semenjak terjadinya cash flow dalam usaha, kita harus mengetahui aspek keuangan usaha seperti fixed cost dan variable cost. Fixed cost adalah biaya yang sudah pasti dikeluarkan oleh sebuah usaha, sedangkan variable cost adalah biaya yang dikeluarkan berdasarkan jumlah produksi. Kedua hal ini nantinya dapat dijadikan dasar bagi kita untuk menghitung Break Even Point atau disingkat sebagai BEP. Break Even Point adalah titik di mana sebuah usaha tidak mengalami kerugian maupun keuntungan. Setelah titik ini, biasanya sebuah usaha akan mengalami keuntungan meskipun akan mengalami kerugian di awalnya.
Dalam hal ini saya ingin mencontohkan sebuah penghitungan BEP dalam sebuah usaha kecil yaitu distributor rokok yang diambila dari pabrik rokok dan memiliki produk jenis SKT (sigaret kretek tangan) sebagai berikut:
1. Analisa Fixed Cost
Berikut adalah analisa fixed cost yang tekait dengan operational cost usaha:
1. Sewa ruko 1 unit : Rp. 15,000,0000
2. Mobil 1 unit. : Rp. 105,000,000
3. Motor 12 unit. : Rp. 19,500,0000/unit = Rp. 234,000,000
4. Laptop 1 unit. : Rp. 5,000,000
5. Printer 1 unit. : Rp. 900,000
6. Gaji karyawan. : Rp. 37,500,000 (Untuk 15 orang staff)
Total. : Rp. 397,400,000