Lihat ke Halaman Asli

Icip-icip Menu Baru Rasa Lama di Sate Ratu Yogyakarta

Diperbarui: 9 November 2018   21:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.Pribadi

Seorang pria berperawakan tinggi sedang terlihat hilir mudik di warung makan itu. Ia mencatat pesanan, menyapa dan mengobrol dengan para tamu, dan sesekali mengecek ke dapur. Namanya Fabian Budi Seputro, akrab dipanggil Pak Budi, pemilik warung Sate Ratu yang berlokasi di Jogja Paradise Foodcourt, Jl. Magelang, Yogyakarta.

Usaha kuliner yang dikelolanya bersama sang istri ini sudah berjalan 2 tahun lamanya. Awalnya, pada bulan Juli 2015 ia bersama seorang rekannya bernama Pak Lanang, membuka usaha angkringan yang diberi nama Angkringan Ratu. Berlokasi di Jl. Laksda Adisucipto, usaha angkringan ini sempat berkembang menjadi 6 outlet.

Namun karena keduanya merasa kesulitan mengelola 6 outlet sekaligus, akhirnya dijadikan 1 lagi di lokasi tempat pertama kali mereka membuka Angkringan Ratu. Tidak seperti angkringan pada umumnya yang menerima titipan makanan, Angkringan Ratu Memiliki menu yang diproduksi sendiri. Kala itu jumlah menunya sampai lebih dari 20 macam.

(dok. pribadi)

Kondisi warung angkringan yang makin ramai lama-lama membuat Pak Budi dan Pak Lanang kewalahan. Mereka pun akhirnya memutuskan untuk menjual menu yang lebih simpel saja. Maka pada tahun 2016 dibukalah Sate Ratu, yang konsepnya bukan angkringan lagi, melainkan warung yang menjual menu sate. Lokasi usaha kuliner inipun dipindah ke Jogja Paradise Foodcourt.

Di awal pendirian Sate Ratu, Pak Lanang pamit pulang kampung ke Lombok untuk berkumpul kembali dengan keluarganya. Pak Budi bersama sang istri yang kemudian melanjutkan pengelolaan bisnis Sate Ratu hingga sekarang.

(dok. pribadi)

Sore itu kami dari Kompasianer Jogja mendapat undangan mencicip menu yang merupakan modifikasi dari menu lama yang sudah ada sebelumnya di Sate Ratu. Ya bisa dibilang ini "menu baru rasa lama". Namanya Lilit Basah, menu modifkasi dari Sate Lilit. Kenapa namanya diganti, padahal bumbu-bumbunya sama saja?

Rupanya, itu karena komponen tusuk sate di menu Sate Lilit dihilangkan. Karena sate umumnya identik dengan tusuk sate, jadi supaya tidak rancu, nama menu pun diubah menjadi Lilit Basah.

(dok. pribadi)

Menurut Pak Budi, penghilangan tusuk sate ini dikarenakan sulitnya mendapat bahan bambu tusuk sate yang bagus di Jogja sehingga ia harus "impor" dari Bali. Ditambah lagi waktu pengerjaan yang lama untuk pengolahan Sate Lilit menggunakan tusuk sate. Jadi dengan menghilangkan tusuk sate di menu ini Pak Budi bisa menghemat biaya produksi sekaligus memangkas waktu produksi. Soal rasa, menurut Pak Budi sama enaknya karena bumbu-bumbu yang digunakan masih sama.

Menu Lilit Basah ini dibuat dari daging ayam giling yang dimarinasi (direndam) dalam bumbu bumbu spesial racikan Pak Budi, selama 3 jam lamanya. Lalu adonan tersebut dimasukkan dalam wadah tahan panas untuk kemudian dikukus selama kurang lebih 1 jam.

Penyajiannya dalam bentuk potongan-potongan persegi panjang dan diberi sedikit kuah. Ternyata kuahnya ini berasal dari uap air yang terbentuk selama proses mengukus, jadi bukan sengaja diberi tambahan air. Saat saya cicip, kuahnya terasa manis. menurut Pak Budi itu karena ada gula yang dibubuhkan ke dalam adonan mentahnya.

Cita rasa Lilit Basah ini gurih manis, sama sekali tidak ada rasa pedasnya. Menu ini memang diperuntukkan bagi pengunjung Sate Ratu yang tidak suka pedas. Kalau yang suka pedas? Silakan pilih menu Sate Merah yang pedasnya cukup bikin mata melek. Sate Merah masih kurang pedas juga? Masih ada menu Ceker Tugel yang rasanya super pedas. Tapi untuk saat ini Ceker Tugel tidak selalu ada setiap hari. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline