Di tikungan jalan, sepasang sandal jepit menunggu
terkapar di tepian, tak lagi bertatap-tatapan
Telah jauh mereka berjalan, berpasangan
mengikuti jejak berliku-liku, berdebuDulu, mereka berbagi beban, kiri dan kanan
mengayun langkah, mengiringi tuannya
Di setiap retakan aspal, mereka bersatu
seiring, riang bernyanyi, sampai batas waktu
Namun hari ini, di tikungan sunyi
kiri dan kanan tak lagi riang bernyanyi
Rindu yang dulu terjalin erat, koyak-koyak
terseret jarak dan angin zaman
Sepasang sandal jepit itu pun paham
setiap jejak punya batas kehormatan
Setiap tapak akan
sampai di akhir pangkalan
Mereka kandas, bukan karena bosan
bukan pula karena kelelahan
Mereka kandas, karena telah selesai
menempuh takdir yang dituliskan Tuhan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H mengayun langkah, mengiringi tuannya
Di setiap retakan aspal, mereka bersatu
seiring, riang bernyanyi, sampai batas waktu
kiri dan kanan tak lagi riang bernyanyi
Rindu yang dulu terjalin erat, koyak-koyak
terseret jarak dan angin zaman
setiap jejak punya batas kehormatan
Setiap tapak akan
sampai di akhir pangkalan
bukan pula karena kelelahan
Mereka kandas, karena telah selesai
menempuh takdir yang dituliskan Tuhan