Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Sumber: dreamina.capcut.com/canva.com diolah oleh penulis
Kakek di kursi tua, menunggu larut malam Seperti menunggu kabar dari seseorang yang selalu dititipkan di dingin angin malam.
Di tangannya secangkir kopi hitam pekat Aromanya mengembara melukis kenangan Bayang-bayang zaman yang tak lagi pulang
Secangkir kopi yang tak pernah dingin Kakek tersenyum kecil, matanya setengah lelah Di sini, kopi tak perlu dingin, gumamnya Sebab rindu selalu membuatnya tetap hangat
Di luar hujan merintik pelan Seperti mengetuk pintu demi pintu Dalam setiap tegukan, sepi berdiam dan menelannya dalam-dalam Sampai hujan, sampai malam Menjadi satu, tak bisa ia bedakan