Mobil Toyota Hilux Double Cabin terpaksa merangkak naik. Melewati jalan bebatuan terjal dan seringkali para penumpangnya menahan guncangan sekitar 3 kilometer, lepas dari jalan aspal menuju pusat Kecamatan Kuripan-Kabupaten Probolinggo-Jawa Timur.
Setiba di sekolah dasar (SD) satu-satunya perkampungan bernama Braholo, anak-anak lari berhamburan. Menyalami satu-persatu rombongan guru dari SMP Negeri 1 Wonomerto. Sekolah yang masih mengelola SMP Terbuka untuk menampung lulusan SD yang terisolir secara lokasi dan cukup banyak menyisakan anak-anak putus sekolah.
Sangat dimaklumi angka putus sekolah di Braholo cukup tinggi. Hanya 3 anak yang melanjutkan ke jenjang SMP dari sekitar 20-an lulusan SDN 1 Braholo. Mengingat faktor akses jalan yang sangat sulit menjangkau SMP terdekat, disebabkan jalan menanjak dan berbatu. Sangat berbahaya bagi anak usia lulusan SDN 1 Braholo. Jika musim hujan, guru saja harus menambah rantai di roda sepeda motor agar bisa menanjaki bebatuan yang licin dan berlumpur untuk bisa sampai di SDN Braholo.
Menyikapi keadaan yang ada, pemerintah daerah disokong SMP Terbuka Wonomerto bergerak cepat membuka cabang SMP Terbuka Wonomerto dengan TKB (Tempat Kegiatan Belajar) di SDN 1 Braholo.
Sebagai generasi penerus bangsa, anak-anak putus sekolah jelas akan kehilangan kesempatan untuk: (1) memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan potensi mereka, yang tidak sepenuhnya didapat di lembaga keluarga yang sangat berguna di kehidupan sehari-hari; (2) peningkatan keberhasilan di masa depan untuk akses lebih luas ke lapangan kerja dan jenjang karir; (3) peningkatan lebih baik di bidang pekerjaan dan kesejahteraan bagi masa depan mereka, bangsa dan juga negara.
Angka Putus Sekolah Meningkat di Tahun 2022
Di era pembangunan infrastruktur yang semakin masif menjangkau hampir semua kawasan, cukup mencengangkan angka putus sekolah anak meningkat. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, angka putus sekolah di Indonesia meningkat pada Tahun 2022.
Kondisi anak putus sekolah terjadi di seluruh jenjang pendidikan, baik Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Menurut data bps.go.id, angka putus sekolah di jenjang SMA mencapai 1,38% pada 2022, jenjang SMP tercatat sebesar 1,06%, dan jenjang SD sebesar 0,13%.
Secara lebih rinci dataindonesia.id, menyimpulkan bahwa terdapat 13 dari 1.000 penduduk yang putus sekolah di jenjang SMA, naik 0,26% poin dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebesar 1,12%. Angka putus sekolah di jenjang SMP tercatat sebesar 1,06% pada 2022. Persentase tersebut juga meningkat 0,16% poin dari tahun lalu yang sebesar 0,90%.
Lalu, angka putus sekolah di jenjang SD sebesar 0,13%. Persentasenya lebih tinggi 0,01% poin dibandingkan pada 2021 yang sebesar 0,12%.